Transportasi utama di Perkampungan Suku Bajau Desa Torosiaje, Kecamatan Popayato, Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo semakin meningkat hingga dipastikan memudahkan pengunjung datang ke lokasi wisata tersebut.
Warga Torosiaje Puput di Gorontalo, Selasa mengatakan pencinta wisata nusantara dipastikan semakin mudah untuk mengakses perkampungan Suku Bajau yang berada di atas permukaan laut Teluk Tomini.
Untuk menuju perkampungan ini, wisatawan dari Kota Gorontalo menempuh perjalanan darat selama enam jam ke arah Barat Provinsi Gorontalo. Setelah berada di ujung daratan, kendaraan dapat diparkir di depan dermaga penyeberangan.
Tempat parkir nyaman dan dapat menampung banyak motor juga mobil. "Kalau mau ke perkampungan Torosiaje laut harus menuju dermaga yang dipenuhi pohon bakau. Dari dermaga ini pengunjung naik ojek perahu menuju perkampungan yang berjarak sekitar 600 meter dari daratan," kata Puput gadis Torosiaje yang telah sangat mengenal wilayahnya itu.
Tarif jasa perahu kayu untuk satu kali jalan ke perkampungan sebesar Rp5 ribu, untuk menuju objek wisata tersebut.
Desa itu berada di atas permukaan air laut, dengan ribuan warga desa hidup di atas rumah yang ditopang tiang kayu yang kokoh. Desa tersebut dihuni suku Bajau yang dikenal sebagai suku pengembara lautan.
"Transportasi utama didukung sarana dan prasarana yang semakin meningkat, memudahkan pengunjung untuk tiba di perkampungan ini," kata Puput.
Pemerintah desa dan masyarakat bekerja sama terus meningkatkan sarana dan prasarana, khususnya fasilitas penunjang transportasi utama.
"Suasana terasa segar sebagai kawasan tropis yang nyaman, sinar matahari berlimpah, bakau yang hijau dan uap air yang lembab. Kenyamanan ini banyak diminati wisatawan nusantara dan mancanegara. Kini semakin mudah mengakses perkampungan ini, dengan meningkatnya jumlah transportasi utama," kata Puput.
Nelayan pengemudi ojek perahu, selalu ada sehingga pengunjung tidak perlu menunggu lama.
"Kalau banyak perahu berjejer, kami selalu mengingatkan penumpang agar jangan memegang pinggiran perahu, tangan kita bisa terjepit dengan badan perahu lainnya," kata Abdul Rahim pengemudi ojek perahu.
Sebelum sandar di dermaga kampung, perahu melewati kanan kiri permukiman warga. Ada tiga jalur, yaitu jalur air tempat perahu melaju yang berada di tengah, dan dua jalur jalan yang ditopang kayu di kanan kiri jalur perahu.
Sebelum menaiki dermaga di sisi tonggak kayu yang menjadi tiang jalan, wisatawan langsung membayar Rp5 ribu kepada juru mudi ojek perahu.
Menurut tokoh adat Bajau Jakson Sompah, perkampungan suku Bajau dihuni oleh sekitar 400 kepala keluarga atau 1500 jiwa.
Penduduknya adalah Suku Bajau yang bekerja sebagai nelayan, ada juga orang Gorontalo yang menikah dengan warga kampung.
Jakson mempersilakan wisatawan yang datang untuk jalan-jalan ke seluruh sudut desa, bertutur sapa dengan warga, menikmati kehidupan di atas laut Teluk Tomini.***
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2023
Warga Torosiaje Puput di Gorontalo, Selasa mengatakan pencinta wisata nusantara dipastikan semakin mudah untuk mengakses perkampungan Suku Bajau yang berada di atas permukaan laut Teluk Tomini.
Untuk menuju perkampungan ini, wisatawan dari Kota Gorontalo menempuh perjalanan darat selama enam jam ke arah Barat Provinsi Gorontalo. Setelah berada di ujung daratan, kendaraan dapat diparkir di depan dermaga penyeberangan.
Tempat parkir nyaman dan dapat menampung banyak motor juga mobil. "Kalau mau ke perkampungan Torosiaje laut harus menuju dermaga yang dipenuhi pohon bakau. Dari dermaga ini pengunjung naik ojek perahu menuju perkampungan yang berjarak sekitar 600 meter dari daratan," kata Puput gadis Torosiaje yang telah sangat mengenal wilayahnya itu.
Tarif jasa perahu kayu untuk satu kali jalan ke perkampungan sebesar Rp5 ribu, untuk menuju objek wisata tersebut.
Desa itu berada di atas permukaan air laut, dengan ribuan warga desa hidup di atas rumah yang ditopang tiang kayu yang kokoh. Desa tersebut dihuni suku Bajau yang dikenal sebagai suku pengembara lautan.
"Transportasi utama didukung sarana dan prasarana yang semakin meningkat, memudahkan pengunjung untuk tiba di perkampungan ini," kata Puput.
Pemerintah desa dan masyarakat bekerja sama terus meningkatkan sarana dan prasarana, khususnya fasilitas penunjang transportasi utama.
"Suasana terasa segar sebagai kawasan tropis yang nyaman, sinar matahari berlimpah, bakau yang hijau dan uap air yang lembab. Kenyamanan ini banyak diminati wisatawan nusantara dan mancanegara. Kini semakin mudah mengakses perkampungan ini, dengan meningkatnya jumlah transportasi utama," kata Puput.
Nelayan pengemudi ojek perahu, selalu ada sehingga pengunjung tidak perlu menunggu lama.
"Kalau banyak perahu berjejer, kami selalu mengingatkan penumpang agar jangan memegang pinggiran perahu, tangan kita bisa terjepit dengan badan perahu lainnya," kata Abdul Rahim pengemudi ojek perahu.
Sebelum sandar di dermaga kampung, perahu melewati kanan kiri permukiman warga. Ada tiga jalur, yaitu jalur air tempat perahu melaju yang berada di tengah, dan dua jalur jalan yang ditopang kayu di kanan kiri jalur perahu.
Sebelum menaiki dermaga di sisi tonggak kayu yang menjadi tiang jalan, wisatawan langsung membayar Rp5 ribu kepada juru mudi ojek perahu.
Menurut tokoh adat Bajau Jakson Sompah, perkampungan suku Bajau dihuni oleh sekitar 400 kepala keluarga atau 1500 jiwa.
Penduduknya adalah Suku Bajau yang bekerja sebagai nelayan, ada juga orang Gorontalo yang menikah dengan warga kampung.
Jakson mempersilakan wisatawan yang datang untuk jalan-jalan ke seluruh sudut desa, bertutur sapa dengan warga, menikmati kehidupan di atas laut Teluk Tomini.***
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2023