Jakarta (ANTARA) - Pisang merupakan tanaman utama di Afrika, Asia, Amerika Tengah dan Selatan, dikonsumsi sebagai makanan penghasil energi.
Buah pisang juga diperkirakan berkontribusi terhadap sekitar 60 juta orang di Afrika lebih dari 200 kalori per hari, berkontribusi pada makanan, asupan gizi, nutrisi, dan kesehatan mereka.
Terdapat lebih dari tiga ratus varietas pisang di daerah tropis dan subtropis. Beberapa negara dengan komoditas utama pisang, antara lain Indonesia, India, Brazil, Thailand, China, Costa Rica, Filipina, Ekuador, Meksiko, Kolombia.
Buah tropis asli Pasifik Barat Daya ini boleh jadi merupakan tanaman tertua di dunia yang dibudidayakan. Penyebaran buah ini ke India dimulai sejak 600 SM, lalu menyebar ke seluruh daerah tropis, hingga ke Kepulauan Pasifik dan ke Pantai Barat Afrika sejak 200-300 SM.
Pisang memiliki beragam sinonim. Istilah "pisang" umum dijumpai di Indonesia dan Malaysia. "Pisang" di Filipina dinamakan "saging", di Thailand disebut "kluai", di Vietnam dikatakan "choui", di China dinamai "chiao".
Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasi taksonomi, pisang termasuk Kingdom Plantae, Divisi Magnoliophyta, Kelas Liliopsida, Ordo Zingiberales, Famili Musaceae, Genus Musa, Spesies Musa paradisiaca, Musa sapientum.
Ada pisang yang dapat dimakan dan tidak dapat dimakan. Jenis yang dapat dimakan, antara lain Musa acuminata, Musa paradisiaca, Musa balbisiana. Spesies yang tidak dapat dimakan (liar) adalah Musa acuminata (diploid, AAw) dan Musa balbisiana (diploid, BBw).
Bermula dari asal-muasal pisang, distribusi alamiah dari pisang liar spesies Musa acuminata dan Musa balbisiana saling tumpang-tindih dan sejak keduanya saling ada kecocokan, terjadilah hibridisasi.
Tanaman hasil persilangan yang berasal dari dua spesies alamiah memiliki kombinasi genom yang bervariasi. Misalnya, diploid, triploid, dan tetraploid. Genom diploid dimiliki oleh Pisang Mas, Abuhon, dan Chuoi Com Lao.
Genom triploid dimiliki oleh Pisang Ambon, Pisang Rastali, Pisang Kepok, dan Kluai Hak Muk (Khieo atau Bluggoe). Genom tetraploid dimiliki oleh Kluai Ngoen dan Kluai Theparrot.
Di Indonesia, spesies Musa acuminata memiliki banyak jenis, seperti Pisang Mas, Pisang Pinang, Pisang Masam, Pisang Jari Buaya, Pisang Kole, Pisang Gadis, Pisang Lidi, Pisang Perecet, Pisang Lampung, Pisang Lemak Manis, Pisang Muli, Pisang Lilin, Pisang Kapas, Pisang Barangan Kuning, Pisang Barangan Merah.
Adapun istilah "Cavendish" yang banyak dijual di toko dan supermarket, dimaksudkan untuk spesies Musa acuminata dengan varian, seperti Pisang Badak, Pisang Ambon Filipina atau Pisang Lasse, Pisang Ambon Jepang, Pisang Ambon Lumut, Pisang Ambon Hijau, Pisang Ambon Putih. Adapun Pisang Ambon Kuning, Pisang Susu, Pisang Udang, Pisang Angleng, Pisang Pisang Telor, Pisang Ampyang, Pisang Palembang, Pisang Potho Wangi termasuk spesies Musa acuminata non-Cavendish.
Spesies Musa paradisiaca di Indonesia memiliki banyak nama, misalnya Pisang Raja, Pisang Raja Sereh, Pisang Keling, Pisang Bakar, Pisang Seribu, Pisang Triolin, Pisang Longong.
Multikhasiat
Buah pisang (M. paradisiaca dan M. sapientum) secara tradisional digunakan di dalam pengobatan disentri, lesi intestinal pada hipertensi, kolitis ulseratif, sariawan, uremia (penumpukan urea di dalam aliran darah), nefritis, gout, penyakit jantung.
Buah pisang mentah dapat digunakan untuk mengatasi diare dan diabetes. Buah pisang varietas M. spaientum juga digunakan sebagai terapi dari haid yang berlebihan dikombinasi dengan Canna indica L. var. speciosa.
Daun pisang digunakan untuk mengobati penyakit kulit (eksim), seperti "selimut" untuk luka lepuh dan luka bakar. Bunga pisang digunakan sebagai terapi pada kasus disentri dan menorrhagia (perdarahan hebat saat haid).
Jus batang pisang yang pernah berbuah digunakan untuk mengobati diare, disentri, kolera, otalgia (sakit/nyeri telinga), hemoptisis (batuk darah). Bunga digunakan untuk tatalaksana kasus disentri, diabetes, dan gangguan menstruasi (menoragia).
Akar pohon pisang digunakan sebagai obat anticacing (anthelmintic), gangguan darah, penyakit menular seksual (venereal diseases). Pohon pisang juga digunakan untuk mengatasi peradangan (inflamasi), nyeri, dan gigitan ular berbisa.
Akar Pisang Raja mengandung aucubin (senyawa glikosida) yang bertindak sebagai antiperadangan, antihistamin, antireumatik, antiseptik, antivirus, sedatif (penenang).
Aktivitas antidiare pisang pada tikus coba telah lama diketahui sejak tahun 1930-an. Efek ini disebabkan karena kandungan pektin yang terdapat pada pisang.
Diet pisang dilaporkan efektif dan bermanfaat pada disentri basiler pada studi proktoskopis pada 127 pasien berusia 9 bulan hingga 48 tahun. Diet pisang hijau juga amat efektif sebagai antidiare pada anak dengan diare.
Aktivitas protektif mukosa lambung dari pisang dikarenakan komponen aktif multipel. Flavonoid alami dari daging buah pisang mentah (M. sapientum var paradisiaca), leukosianidin, melindungi mukosa lambung dari erosi (luka, lecet).
Leukosianidin dan analog sintetisnya berupa leukosianidin terhidroksietilasi dan leukosianidin tetraalil dijumpai melindungi mukosa lambung dengan cara meningkatkan ketebalan mukosa lambung.
Aktivitas antibakteri dimiliki pisang melalui serangkaian riset. Ekstrak cair dari daun dan kulit buah mentah Musa paradisiaca var. sapientum dilaporkan menunjukkan aktivitas antimikroba melawan spesies Pseudomonas dan Staphylococcus di dalam asai dehidrogenase.
Ekstrak cair dan etanol dari pisang mentah spesies Musa sapientum mampu melawan beragam bakteri, misalnya Klebsiella pneumoniae, Shigella flexnerii, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella paratyphi, E. coli, B. subtilis, dan S. aureus.
Ekstrak cair dari sup pisang kental dilaporkan memiliki aktivitas bakteriostatik terhadap bakteri Clostridium sporogenes, B. coagulans, B. cereus, dan B. stearothermophilus.
Pisang berpotensi sebagai antioksidan. Stres oksidatif plasma secara signifikan berkurang setelah manusia sehat mengonsumsi pisang, terutama jenis Musa paradisiaca.
Hal ini disebabkan karena keberadaan dopamin, asam askorbat, dan persenyawaan antioksidan lainnya, seperti: rutinoside sianidin di pisang. Komponen glikosida dan monosakarida juga berperan dalam aktivitas antioksidan.
Aktivitas antiulser juga dimiliki pisang. Maksudnya, pisang telah digunakan sebagai terapi untuk penyakit tukak lambung (peptic ulcer) di dalam kedokteran herbal.
Kandungan
Pelbagai obat yang digunakan dalam tatalaksana inflamasi memiliki sejumlah efek samping. Misalnya diare, gangguan lambung (iritasi dan luka), ruam kulit kemerahan, gangguan fungsi hati dan ginjal. Oleh karena itu, para ahli meneliti kandungan ekstrak daun pisang spesies Musa paradisiaca.
Hasilnya, berdasarkan screening fitokimiawi pada tikus Wistar, dijumpai aktivitas antiperadangan. Khasiat itu terkait dengan kandungan flavonoid, fitosterol, dan tannin di ekstrak daun pisang.
Analisis ekstrak buah pisang matang dan mentah dari varian Musa paradisiaca menunjukkan kandungan karbohidrat, protein, lemak, serat, abu, besi, fosfor, kalsium, kalium, mangan, natrium, nitrogen, seng, dan tembaga.
Kandungan multivitamin (vitamin A, B kompleks, C, E) serta multielemen, seperti: kalsium, magnesium, seng, selenium pada Musa paradisiaca terbukti mengurangi reaksi peradangan.
Kandungan pektin dan fosfatidilkolin pada pisang hijau memperkuat lapisan mukosafosfolipid yang melindungi mukosa lambung. Kandungan fitokimiawi seperti: flavonoid, saponin, terpenoid diketahui bertanggung-jawab terhadap efek diuretik (pemercepat terbentuknya urin).
Daging buah Pisang Raja mentah mengandung beberapa flavonoid dan persenyawaan terkait. Misalnya: quersetin, leukosianidin, 3-O-galaktoside, 3-O-glukoside, dan 3-O-ramnosil glukoside.
*) dr Dito Anurogo MSc adalah dosen FKIK Unismuh Makassar, instruktur literasi baca-tulis tingkat nasional 2019, dokter literasi digital, penulis puluhan buku, kepala LP3AI ADPERTISI, anggota Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I-4), pengurus ASPI, APKKM, dan AWMI, pegiat Forum Lingkar Pena (FLP), Dewan Penasihat dan Pembina Sci.id dan Menusa, penggagas Indonesia Menulis (Writenesia)