Jakarta (ANTARA) - Film "Jakarta VS Everybody" garapan sutradara Ertanto Robby Soediskam menghadirkan kisah yang mengangkat permasalahan anak muda yang banyak terjadi di ibu kota.
Dalam siaran persnya, Kamis, Robby mengatakan ide film ini berawal dari kesadaran bahwa setiap manusia tidak ada yang sempurna, dan proses kehidupan baik atau buruk adalah perjalanan yang harus dilalui karena perjalanan pasti memiliki makna yang tersirat.
"Film ini juga minim dialog. Saya membayangkan dan juga memprediksi seandainya tanpa suara pun penonton akan tetap memahami apa yang sedang terjadi," kata Ertanto Robby.
Robby menambahkan bahwa ide cerita juga ditulisnya bersama Jefri Nichol di awal 2018, keduanya banyak melakukan riset untuk mengetahui permasalahan anak muda di Jakarta.
Setelah tiga bulan melakukan riset akhirnya ide mengerucut kepada kisah perjuangan hidup lelaki muda berusia 19 tahun yang harus menentukan tujuan hidupnya sekaligus meraih impiannya.
Film ini bercerita mengenai seorang pemuda bernama Dom (Jefri Nichol) yang ingin sekali menjadi aktor, namun mendapatkan pelecehan sehingga dia harus memendam mimpinya.
Sepasang kekasih Pinkan (Wulan Guritno) dan Radit (Ganindra Bimo), menawarkan petualangan baru kepada Dom. Proses hidup yang harus dijalankan Dom mempertemukan dia dengan Ratih (Jajang C Noer) seorang pemilik rumah susun.
Ratih berusaha untuk menarik Dom kembali kepada mimpi-mimpinya. Perkenalan Dom dengan Khansa (Dea Panendra) seorang gadis perias mayat membuka mata Dom untuk meninggalkan Pinkan dan Radit. Namun Radit tidak tinggal diam.
Film ini juga telah merilis poster yang menampilkan Jefri Nichol dan Wulan Guritno pada salah satu adegan dalam film dengan sebuah tagline “Welcome to my city,the place where I can be me”.
Film "Jakarta VS Everybody", kisah anak muda di Jakarta
Kamis, 21 Mei 2020 17:51 WIB