Bogor (ANTARA) - Produksi massal produk antivirus berbasis tanaman eucalyptus yang disebut kalung antivirus corona (COVID-19) diproduksi oleh swasta, sedangkan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian (Balitbangtan Kementan) hanya meneliti formulanya.
Kepala Balitbangtan Kementan Fadjry Djufri, ketika dihubungi melaui telepon selulernya, Sabtu, mengatakan untuk perbanyakan produk antivirus berbasis tanaman eucalyptus menjadi berbentuk kalung sudah dikerjasamakan oleh Balitbangtan Kementan dengan perusahaan swasta.
Pihak swasta, kata dia, sepakat untuk memproduksi produk antivirus tersebut secara masal. Ada beberapa bentuk produk yakni, kalung, inhaler, roll on, cream, dan diffuser.
Sebelumnya, Balitbangtan Kementan menggandeng PT Eagle Indo Pharma, yang dikenal sebagai produsen minyak kayu putih, untuk membantu memproduksi massal dan memasarkannya ke masyarakat.
Untuk pamasaran produk antivirus eucalyptus tersebut, Balitbangtan Kementan juga membantu membangun komunikasi dengan mitra asing, seperti perusahaan farmasi dari Jepang dan Rusia.
Menurut Fadjry, kerja sama Balitbangtan Kementan dengan pihak swasta diharapkan dapat mempercepat produksi massal antivirus untuk memenuhi permintaan masyarakat, apalagi dalam situasi pandemi virus corona saat ini.
"Adanya produk antivirus ini, diharapkan bisa memberikan berkontribusi terhadap penekanan penyebaran COVID-19," katanya.
Sementara itu, Kepala Balai Besar Penelitian Veteriner, Indi Dharmayanti menjelaskan produk antivirus eucalyptus ini efektif digunakan setiap hari. Penggunaannya diinhalasi sekitar 5-5 menit per hari.
Dari uji testimoni terhadap beberapa orang yang menderita pilek dan influensa, kata dia, dalam beberapa hari kondisinya sudah membaik. Dengan konsentrasi formula satu persen, dapat menonaktifkan virus 80-100 persen.
"Produk ini dapat melegakan saluran pernapasan, menghilangkan lendir, pengusir serangga, disinfektan luka, penghilang nyeri, mengurangi mual, dan mencegah penyakit mulut," kata Indi.
Antivirus eucalyptus untuk COVID-19 diproduksi massal oleh swasta
Sabtu, 4 Juli 2020 20:04 WIB