Jakarta (ANTARA) - Saat mencalonkan diri sebagai Presiden Republik Indonesia untuk periode keduanya, Presiden Joko Widodo, dalam sebuah acara debat calon presiden yang diselenggarakan pada awal tahun 2019, menyatakan bahwa perlindungan warga negara Indonesia (WNI) di luar negeri merupakan kepentingan pertama yang harus diperjuangkan oleh para diplomat Indonesia.
Perlindungan WNI pun menjadi salah satu dari empat prioritas politik luar negeri Indonesia di bawah pemerintahan Presiden Jokowi, di samping diplomasi untuk peningkatan kerja sama ekonomi.
Menjelang satu tahun berjalannya pemerintahan Presiden Joko Widodo bersama Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin yang akan jatuh pada 20 Oktober nanti, dapat dikatakan bahwa komitmen pemerintah RI, di bawah pimpinan Presiden Jokowi, untuk menjalankan fungsi perlindungan atas WNI di luar negeri begitu diuji, bersamaan dengan mewabahnya virus COVID-19 yang melanda berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia.
Pandemi itu telah membawa dampak dan tantangan bagi pemerintah dalam berbagai isu, mulai dari kesehatan, ekonomi, dan tak ketinggalan tentunya adalah perlindungan warga negara.
Pada awal merebaknya virus corona di Kota Wuhan, China, saat virus tersebut belum menyentuh daratan Indonesia, pemerintah telah menjalankan fungsi perlindungan warga negara Indonesia (WNI) melalui Kementerian Luar Negeri, dan perwakilan-perwakilan Indonesia di China.
Pada bulan Februari lalu, pemerintah memulangkan kembali 243 WNI yang berada di Kota Wuhan dan Provinsi Hubei serta sejumlah daerah lainnya. Langkah tersebut diambil menyusul kekhawatiran akan penyebaran penyakit tersebut serta ketidakpastian masa karantina yang mungkin harus dijalani oleh para WNI, yang banyak di antaranya merupakan pelajar dan harus tinggal di kamar asrama masing-masing.
Proses perencanaan dan pelaksanaan evakuasi para WNI dari China pada awal bulan Februari 2020 tersebut dapat dikatakan tidak mudah, karena tidak hanya membutuhkan koordinasi dari Kementerian Luar Negeri dengan berbagai pihak, termasuk KBRI dan pemerintah China yang juga memiliki regulasi-regulasinya sendiri, namun juga kesiapan di dalam negeri untuk menyediakan lokasi yang mampu menampung para WNI selama mereka menjalani masa karantina.
Usai dievakusi para WNI dari China itu kemudian dikarantina di Pulau Natuna selama 14 hari hingga dinyatakan sehat dan dapat kembali ke daerah masing-masing.
Pemulangan para WNI dari China tersebut ternyata menjadi yang pertama dari upaya-upaya repatriasi bagi para WNI di berbagai negara, untuk kembali pulang ke Tanah Air akibat pandemi virus corona yang terus merebak.
Tantangan
Salah satu upaya pemulangan WNI dilakukan oleh Kedutaan Besar RI di Manila, Filipina, pada bulan Mei lalu.
Pada tanggal 14 Mei, sebanyak 95 WNI dipulangkan secara mandiri dari Manila menuju Jakarta dengan pesawat sewaan atau charter akibat tidak adanya penerbangan internasional yang dapat masuk ataupun keluar Filipina.
Menurut Pelaksana Fungsi Sosial dan Budaya KBRI Manila Agus Buana, dalam kondisi tersebut, pihaknya melihat perlu ada langkah mendesak yang dilakukan, terutama mengingat ada sekitar 21 pelajar asal Indonesia yang menuntut ilmu di sekolah pilot di Marinduque yang kelasnya telah diliburkan, serta sebanyak 32 WNI jamaah tablig yang telah berada di Filipina selama beberapa bulan.
“Menanggapi hal tersebut maka kami, atas arahan Pak Duta Besar (RI untuk Filipina -red) itu mencoba menjajaki, karena ini pertama kali untuk KBRI charter pesawat dan kami tidak memiliki referensi (pengalaman sebelumnya -red),” kata Agus.
Terdapat sejumlah tantangan yang dihadapi oleh pihak KBRI Manila dalam upaya untuk dapat mewujudkan pemulangan mandiri tersebut, termasuk soal jumlah kuota penumpang yang diminta oleh pihak maskapai, serta perlunya koordinasi dengan pihak ketiga yakni Jaringan Diaspora Indonesia (Indonesian Diaspora Network/IDN) Manila.
“Kita Zoom meeting dengan Air Asia beberapa kali pada waktu itu yang sedang bulan puasa, dan dengan keluarga (pelajar WNI), hampir setiap hari kita lakukan persiapan,” ujarnya.
Di samping upaya untuk mewujudkan pemulangan para WNI dari Filipina kembali ke Indonesia, pihak KBRI juga mengupayakan mobilisasi para WNI, terutama para pelajar dari Marinduque yang memerlukan jarak tempuh beberapa jam dari Manila dengan perjalanan darat dan penyeberangan kapal.
“Itu pelayaran yang biasa melayani penumpang tutup pada saat itu, namun kita bekerja sama dengan local government di sana, karena anak-anak ini mau pulang kami mohon dibantu fasilitasi,” kata Agus yang menjelaskan pihak KBRI pun menyediakan fasilitas perjalanan darat sampai ke bandara usai mereka menempuh perjalanan laut.
Kisah pemulangan para WNI dari Manila, serta evakuasi dari Hubei, China yang mengawali upaya pemulangan lainnya, merupakan dua dari berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk menjalankan fungsi perlindungan WNI di tengah krisis akibat pandemi.
Perwakilan RI di negara-negara lain juga turut berusaha menfasilitasi kepulangan para WNI, termasuk KBRI Bogota yang telah memfasilitasi pemulangan 1.614 orang yang bekerja di kapal pesiar di kawasan Karibia pada bulan Juni dan Juli, serta satu orang yang terdampar di Kolombia menyeberang lewat dari Ekuador pada bulan Mei.
“Pemulangan warga tersebut berjalan lancar meski sebenarnya tidak mudah, memerlukan koordinasi ekstra ketat karena situasi darurat yang serba terbatas,” jelas Dubes RI untuk Kolombia, Priyo Iswanto.
Selain itu, ada pula KBRI New Delhi yang membantu kepulangan 135 dan 151 WNI dari India dalam dua gelombang, KBRI Beirut dan KBRI Suriah yang bersinergi dalam membantu kepulangan 60 WNI dari Suriah, serta KBRI Paramaribo yang membantu kepulangan 24 WNI dari Suriname dan Guyana ke Tanah Air.
Tak hanya repatriasi
Upaya perlindungan bagi para WNI di tengah pandemi COVID-19 tak hanya terfokus pada pemulangan kembali ke Indonesia. Perwakilan-perwakilan RI di berbagai wilayah juga memberikan perhatian bagi mereka yang masih tetap berada di luar negeri.
Salah satu upaya tersebut dilakukan oleh Konsulat Jenderal RI di Los Angeles, Amerika Serikat, yang mengunjungi komunitas masyarakat Indonesia di San Diego, California, pada bulan Agustus guna memastikan kondisi para WNI.
“Kunjungan ini merupakan upaya kita untuk tetap hadir melindungi seluruh WNI kita di tengah COVID-19. Tentunya dengan mengedepankan protokol kesehatan yang berlaku,” kata Konsul Protokol dan Konsuler KJRI Los Angeles, Ardian Budhi Nugroho, dikutip dari laman resmi Kementerian Luar Negeri.
Selain itu, ada pula Sydney, Australia, yang menyalurkan paket bantuan bagi WNI pemegang visa pelajar dan visa pekerja liburan di area New South Wales, Queensland, dan South Australia pada bulan Juni lalu.
Paket-paket tersebut diberikan dalam tiga tahap dan berisi sejumlah bahan pokok yang diharapkan dapat sedikit meringankan beban para WNI yang terdampak oleh pandemi COVID-19.
Baik dalam bentuk bantuan, perhatian, ataupun fasilitas kepulangan, kantor-kantor perwakilan dan para diplomat Indonesia di berbagai negara terus berupaya menjalankan fungsi perlindungan WNI, meski di tengah keadaan yang belum pernah dihadapi sebelumnya.
Mengutip pernyataan Dubes RI untuk Kolombia, Priyo Iswanto dalam wawancara dengan ANTARA beberapa waktu lalu, tugas yang dijalankan oleh perwakilan RI, termasuk KBRI Bogota, adalah “sebagai bentuk rasa peduli dan cinta kepada warga di saat pandemi.”