Gorontalo, (ANTARA GORONTALO) - Direktur Jaringan Advokasi Pengelolaan Sumber Daya Alam (Japesda) Sugeng Sutrisno mengatakan, tingkat pertumbuhan tanaman mangrove baru di Kabupaten Pohuwato sekitar 79 persen.
Sebagian bibit mangrove yang baru ditanam dalam beberapa bulan terakhir itu gagal tumbuh, karena diserang hama ulat batang serta adanya musim kemarau, di Gorontalo, Kamis.
"Saat kemarau kadar garam atau salinitas di laut di atas 30 ppm, sedangkan kadar yang ideal untuk pertumbuhan tanaman bakau 30 ppm. Akibatnya bibit yang kami tanam sebagian kecil tidak tumbuh optimal, ujarnya.
Penanaman 416 ribu bibit mangrove dilakukan di lahan seluas 52 hektare yang tersebar di Desa Limbula, Sidounge, Bulili dan Mootilango.
Japesda melakukan penanaman tersebut bersama Kelompok Sadar Lingkungan (KSL) Paddakauang, mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Gorontalo, Kopesda, Wire-G serta Yayasan Insan Cita.
Ketujuh lembaga tersebut merupakan mitra "Mangrove For the Future" yang melakukan sosialisasi investasi di ekosistem pesisir untuk pembangunan berkelanjutan.
Koordinator Proyek MFF Rahman Dako menjelaskan, Pohuwato termasuk wilayah Teluk Tomini yang memiliki kawasan mangrove terbesar di Gorontalo.
Namun luasan mangrove di Pohuwato pada periode 1988-2003 menyusut 1.560,14 hektare. Kemudian Periode 2003-2010 kembali berkurang 4.262,47 hektare.
Semula penyusutan tersebut disebabkan oleh pembukaan tambak garam, tetapi kerusakan kawasan itu disebabkan oleh tambak udang dan bandeng.`