Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan (Kemendag) Iman Pambagyo menyebut bahwa negara-negara melakukan penyesuaian dalam menjalankan kegiatan perdagangannya sebagai dampak pandemi COVID-19.
“Terjadi penyesuaian di tingkat negara maupun bisnis sebagai akibat dari pandemi yang terjadi,” kata Iman pada pertemuan dengan media secara virtual dengan tema ‘New Normal dalam Perdagangan Internasional’, Kamis.
Iman memaparkan adanya dampak COVID-19 membuat banyak negara mengamankan pasokan kebutuhan mereka, mulai dari makanan, obat-obatan, komponen, hingga elektronika, bahkan jika perlu negara tersebut berupaya memproduksinya dari dalam negeri.
Penyesuaian yang kedua yakni soal perdagangan, di mana perjanjian perdagangan mulai dipikirkan kembali untuk mengurangi ketergantungan pada satu sumber pasokan secara signifikan.
“Bukan proteksionisme. Tapi ini hanya keperluan menjamin kemandirian dan independensi dalam perspektif industrial point of view,” ujar Iman.
Penyesuaian lain yang juga dilakukan, menurut Iman, yakni negara di dunia menuju rantai pasok yang lebih pendek dengan memperkuat hubungan ekonomi dengan negara-negara yang jaraknya lebih dekat.
Menurut Iman, untuk negara-negara Asia Timur, Perjanjian Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) yang tertunda mungkin lebih realistis daripada hubungan di kawasan Pasifik seperti Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP) atau lintas Atlantik antara Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Kemudian terjadi penyesuaian yang disebut dual circulation atau sirkulasi ganda yang dipimpin China, yang memandang bahwa ekspor dan konsumsi domestik menjadi sama pentingnya.
“Terakhir dunia bisnis menyesuaikan diri dengan realita baru, yakni menempatkan manusia dan lingkungan, transparansi, kedekatan, dan kolaborasi, menjadi memiliki porsi-porsi tersendiri dalam mencapai tujuan bisnis,” pungkas Iman.