"Alhamdulillah di RUPS tadi pagi kita membukukan peningkatan net profit yang hampir dua kali lipat dari tahun lalu. Kita mencatat Rp29 triliun, keuntungan bersih kita tahun lalu Rp15 triliun, ini Rp29,3 triliun," kata Direktur Pertamina Nicke Widyawati dalam acara Forum Pimred yang digelar di Jakarta, Rabu malam.
Pertamina juga mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 39 persen dari 41,47 miliar dolar AS pada 2020 menjadi 57,51 miliar dolar AS di tahun 2021. Sementara EBITDA (pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) Pertamina juga tumbuh 19 persen dari 7,95 miliar dollar AS pada 2020 menjadi 9,45 miliar dolar AS.
"Inilah hasil kerja keras kita di tengah-tengah kondisi yang sangat sulit di tahun 2021," kata Nicke.
Nicke menyampaikan bahwa Pertamina kenaikan laba bersih hampir dua kali lipat tersebut dilakukan melalui penghematan biaya-biaya pada tahun 2021 yang membantu peningkatan kinerja finansial perusahaan.
Beberapa penghematan yang dilakukan yaitu melalui program Cost Saving yang jumlahnya mencapai 1,3 miliar dolar AS, program Cost Optimization yang berhasil menghemat 2,2 miliar dolar AS, program Cost Avoidance hingga 350 juta dolar AS, dan adanya program Revenue Enhancement yang mencapai 0,5 miliar dolar AS.
Nicke menegaskan bahwa pada tahun 2021 di mana pandemi COVID-19 masih berlangsung, khususnya pada saat gelombang mutasi virus alfa menyerang pertengahan tahun 2021, Pertamina mengalami penurunan permintaan BBM yang sangat signifikan akibat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Dia menerangkan bahwa cara Pertamina bisa bertahan selama pandemi COVID-19 melanda adalah dengan melakukan efisiensi. "Bagaimana kita melakukan efisiensi besar-besaran tahun 2021. Karena kita sampaikan untuk bisa survive dalam kondisi ini hanya satu, efisien," katanya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pertamina bukukan kenaikan laba bersih 95 persen pada 2021
Beberapa penghematan yang dilakukan yaitu melalui program Cost Saving yang jumlahnya mencapai 1,3 miliar dolar AS, program Cost Optimization yang berhasil menghemat 2,2 miliar dolar AS, program Cost Avoidance hingga 350 juta dolar AS, dan adanya program Revenue Enhancement yang mencapai 0,5 miliar dolar AS.
Nicke menegaskan bahwa pada tahun 2021 di mana pandemi COVID-19 masih berlangsung, khususnya pada saat gelombang mutasi virus alfa menyerang pertengahan tahun 2021, Pertamina mengalami penurunan permintaan BBM yang sangat signifikan akibat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Dia menerangkan bahwa cara Pertamina bisa bertahan selama pandemi COVID-19 melanda adalah dengan melakukan efisiensi. "Bagaimana kita melakukan efisiensi besar-besaran tahun 2021. Karena kita sampaikan untuk bisa survive dalam kondisi ini hanya satu, efisien," katanya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pertamina bukukan kenaikan laba bersih 95 persen pada 2021