"Hasil penelitian menunjukkan metode baru ini mampu mencapai tingkat perolehan litium lebih tinggi, mengurangi penggunaan sumber daya berharga, dan menghasilkan limbah yang lebih sedikit," kata Peneliti Pusat Riset Teknologi Pertambangan BRIN Erik Prasetyo dalam penyataan yang dikutip di Jakarta, Kamis.
Metode baru itu, lanjutnya, melibatkan penggunaan ekstraksi selektif untuk memisahkan litium dari logam lain, penggunaan pelarut ramah lingkungan seperti air, serta memanfaatkan teknik ekstraksi fasa padat untuk meningkatkan konsentrasi litium.
Erik mengungkapkan tema pemisahan dan pemurnian litium sebagai perkembangan terbaru dalam teknologi daur ulang baterai.
Menurutnya, perolehan litium dalam proses daur ulang baterai saat ini masih rendah dan belum memenuhi syarat sebagai prekursor untuk produksi katoda baterai. Proses daur ulang juga boros air dan bahan kimia, serta menghasilkan limbah berbahaya.
Metode baru itu masih dalam tahap pengembangan. Metode itu memiliki potensi untuk meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan daur ulang baterai litium, serta membantu memenuhi permintaan litium yang terus meningkat.
"Saat ini kontribusi daur ulang terhadap produksi litium global masih sangat minim," kata Erik.
Dia menekankan tiga alasan mengapa daur ulang baterai litium sangat penting. Pertama, daur ulang membantu melestarikan sumber daya alam karena litium merupakan sumber daya alam yang terbatas, sehingga mengurangi kebutuhan akan penambangan litium baru.
Kedua, daur ulang dapat mengurangi dampak lingkungan karena baterai litium mengandung bahan berbahaya yang dapat mencemari lingkungan jika tidak dikelola dengan baik.
“Terakhir, daur ulang juga meningkatkan ketahanan energi dengan memperluas pasokan litium untuk produksi baterai secara keseluruhan,” kata Erik.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BRIN teliti metode baru daur ulang baterai litium ramah lingkungan