Gorontalo (ANTARA) - Sekretaris Daerah (Sekda) Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo Suleman Lakoro mengatakan tradisi "Tumbilotohe" atau malam pasang lampu di setiap 27 Ramadhan merupakan tradisi bernilai ekonomis tinggi.
Menurutnya di Gorontalo, Sabtu bahwa tradisi Tumbilotohe tidak hanya mengandung nilai-nilai kebudayaan dalam Keislaman di Provinsi Gorontalo namun mampu menciptakan pasar produktif di sektor riil.
Meski tradisi ini hanya dilaksanakan di tiga malam terakhir di bulan Ramadhan menjelang lebaran Idul Fitri namun tradisi ini sangat bernilai ekonomis tinggi.
Pedagang kecil menjual lampu dari botol bekas yang berisi sumbu kompor dan minyak tanah ataupun dapat menggunakan minyak goreng.
Botol berisi sumbu tanpa minyak dijual Rp2.000 per buah atau Rp1.500 per buah tanpa sumbu dan minyak.
"Tentu masyarakat pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dapat berkreasi memanfaatkan momen ini untuk meraup pendapatan," katanya.
Selain itu tradisi Tumbilotohe dapat menjelma menjadi wisata religi yang dapat diandalkan untuk mempromosikan potensi pariwisata daerah ini.
Olehnya kata Sekda, tradisi ini patut dijaga dan dilestarikan sebab dampaknya sangat besar dalam menjaga tradisi maupun menciptakan kegiatan bernilai ekonomis tinggi.
Sekda bersama unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), pejabat di lingkup pemerintahan daerah, serta Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten KH. Hasan Tarua, para tokoh agama dan tokoh adat setempat melakukan pemasangan lampu botol perdana di malam Tumbilotohe berlangsung di rumah dinas Sekda.
Tradisi ini juga dilakukan umat Islam di seluruh Wilayah kecamatan yang ada, baik di pelataran masjid, lapangan desa maupun di teras dan digantung di pagar rumah.***
Sekda Gorontalo Utara sebut tradisi Tumbilotohe bernilai ekonomis
Sabtu, 6 April 2024 23:32 WIB