"Indonesia dikatakan memiliki biodiversity nomor dua di dunia setelah Brasil. Jika dengan laut, maka kita nomor satu. Tapi, kita punya kelemahan karena belum kita eksplorasi semuanya," katanya saat ditemui di Kantor BRIN, Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan saat ini Indonesia belum mampu mengeksplorasi dan memanfaatkan seluruh keanekaragaman hayati atau biodiversitas alam Indonesia.
Untuk itu, ia menekankan riset bioteknologi merupakan kesempatan yang seharusnya bisa didorong oleh Indonesia, karena keanekaragaman hayati tersebut merupakan komoditas yang banyak dimiliki oleh Indonesia.
"Barangnya kan di kita, jadi kalau kita tidak mempercepat penguatan riset dan inovasi di bidang ini, karena ilmu ini advance, kalau tidak cepat nanti kita bisa ketinggalan lagi," ujarnya.
Pihaknya telah melakukan berbagai upaya untuk melakukan berbagai kegiatan eksplorasi, baik darat maupun laut, guna mengumpulkan data keanekaragaman hayati untuk digunakan sebagai bahan riset.
Salah satunya, kata dia, dengan adanya tiga unit kapal riset yang terus berlayar mengeksplorasi lautan Indonesia, guna mengumpulkan data keanekaragaman hayati laut Indonesia.
"Bukan hanya BRIN saja, itu kita open bagi akademisi dari seluruh kampus untuk ikut. Itu hulunya untuk mendapatkan barang mentah," ujarnya.
Pihaknya telah siap mendukung ekosistem riset bioteknologi melalui berbagai fasilitas riset canggih yang dimiliki.
Namun demikian, ia mengakui hingga saat ini Indonesia masih memiliki keterbatasan sumber daya manusia riset, baik secara kualitas maupun kuantitas, khususnya di bidang bioteknologi.
Maka dari itu, Handoko mendorong kepada para periset muda Indonesia untuk meningkatkan ilmu dan kemampuan, agar bisa dimanfaatkan dan turut berperan dalam memajukan riset bioteknologi di Indonesia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kepala BRIN kemukakan urgensi riset bioteknologi untuk Indonesia