Banda Aceh (ANTARA) - Senin (9/10) malam, nyala api di kaldron utama menandai pembukaan Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumatera Utara 2024.
Setelah berkeliling dan melewati 23 kabupaten/kota di Aceh, sumber api yang berasal dari Gunung Berapi Jaboi, Sabang, itu akhirnya berkobar di Stadion Harapan Bangsa, Banda Aceh.
Api dari Gunung Merapi Jaboi tersebut juga dinyalakan di Stadion Baharuddin Siregar, Deli Serdang, Sumut, Senin (9/10) malam.
Perjalanan api PON di Sumut berawal dari penyerahan api dari Aceh di perbatasan Aceh-Sumut, yakni Kabupaten Pakpak Bharat, kemudian menuju Medan dengan melewati 14 kabupaten/kota.
Sementara atlet tinju legendaris Sumut Samsul Anwar menghidupkan api kaldron di tengah lapangan Stadion Baharuddin Siregar, atlet angkat besi (lifter) Aceh Nurul Akmal juga menyongsong obor api yang diestafetkan oleh para atlet legendaris Aceh untuk kemudian dinyalakan pada kaldron utama di Stadion Harapan Bangsa.
Ditemani karakter Malahayati yang secara simbolis menusukkan rencong pada kaldron, atlet Aceh yang akrab disapa Amel itu dengan segera menyulutkan api tepat di sebelah rencong.
Api PON, yang disimbolkan sebagai semangat atlet, berkobar di tengah lapangan Stadion Harapan Bangsa. Sesaat setelahnya, kembang api menyala dengan semarak dan menghiasi langit Banda Aceh.
Penutup rangkaian pertunjukan pada pembukaan PON XXI di Aceh menjadi menarik sebab melibatkan dua perempuan yang menjadi simbol pejuang Aceh dari generasi yang berbeda.
Di satu sisi, Malahayati merupakan perempuan pejuang dari Kesultanan Aceh yang dikenal dengan keberaniannya bangsa penjajah pada abad ke-16.
Di sisi lain, Amel merupakan atlet putri asal Aceh pertama yang tampil pada ajang olahraga bergengsi dunia, yakni Olimpiade Tokyo 2020.
Pada Olimpiade Paris 2024, ia kembali berlaga di kelas +81 putri dengan membukukan pertandingan pada peringkat ke-12 dengan total angkatan 245 kg. Sebelumnya pada PON XX Papua, Amel berhasil meraih medali emas.
Parade ikon
Momen pembukaan PON pada setiap gelarannya memang selalu dinantikan. Bukan sekadar soal kemeriahan, lebih dari itu, PON selalu menampilkan wajah para atlet pilihan yang mewakili tuan rumah.
Pada PON XXI di Aceh, Amel tidak sendiri. Ia menerima estafet api PON dari tiga atlet legendaris Aceh yang berlari di Stadion Harapan Bangsa. Mereka adalah Alkindi, Erma Susana Madjaji, dan Tati Ratna Ningsih.
Sementara Amel menjadi atlet putri Aceh pertama yang mewakili Indonesia di Olimpiade, Alkindi merupakan atlet putra asal Aceh pertama yang unjuk gigi pada ajang kompetisi olahraga tertinggi di dunia itu. Pada Olimpiade Seoul 1988, atlet anggar itu berkompetisi dalam nomor individu floret.
Adapun Erma merupakan atlet anggar nomor floret yang meraih medali emas perorangan dan medali emas beregu putri SEA Games Manila 1991. Selain itu, atlet anggar ini juga peraih medali emas beregu SEA Games Singapura 1993 dan peraih medali emas SEA Games Chiang Mai 1995.
Sedangkan Tati adalah atlet lempar lembing yang beberapa kali meraih emas di SEA Games dan rekor PON 1987 yang belum terpecahkan.
Semangat PON tak hanya direpresentasikan melalui nyala api, seperti layaknya tradisi Olimpiade yang dalam konteks Indonesia diadaptasi menjadi konsep sumber api dari alam.
Ajang olahraga nasional keduapuluh satu ini tetap mempertahankan tradisi pengibaran bendera PON, simbol persatuan saat PON pertama pada 1948.
Pada PON XXI, bendera PON dikibarkan sebelum penyalaan api pada kaldron. Adalah Murisnawati, Cut Risna Arita, Mardani, Reza Fahlevi, Muhammad Iqbal, dan Maimun yang didaulat sebagai pembawa bendera PON.
Keenam atlet legendaris Aceh itu berjalan di tengah lapangan sambil merentangkan bendera PON secara bersisian. Kemudian bendera diserahkan kepada paskibra Aceh untuk dikibarkan.
Murisnawati dan Mardani memimpin di barisan depan. Murisnawati dikenal sebagai atlet anggar nomor floret yang meraih medali emas pada SEA Games Manila 1991 dan medali perak beregu putri pada SEA Games Jakarta 1997.
Adapun atlet anggar Mardani meraih medali emas beregu SEA Games Manila 1991 dan medali emas pada PON VII Jakarta 1996.
Barisan tengah diisi oleh Cut Risna dan Reza. Cut Risna atlet anggar yang mengukir prestasi pada Southeast Asian Fencing Federation Championships (SEAFFC) Brunei Darussalam 2011 dan SEA Games Jakarta-Palembang 2011 dengan masing-masing perolehan medali perunggu.
Sementara Reza tercatat sebagai atlet balap motor yang meraih medali emas PON XVII Kalimantan Timur 2008.
Barisan terakhir yang membawa serta bendera PON yaitu Iqbal dan Maimun. Iqbal adalah atlet tarung derajat yang pernah membawa pulang medali emas pada PON XVIII Riau 2012 dan tiga emas pada PON XX Papua 2021.
Adapun Maimun adalah atlet pencak silat, peraih medali emas PON Palembang 2004 dan medali perunggu Kejuaraan Dunia Pencak Silat Singapura 2004.
Jajaran atlet yang tampil pada malam pembukaan PON pada dasarnya tak sekadar unjuk prestasi mentereng. Meski pembawa obor api dan pembawa bendera PON mewakili daerahnya sebagai tuan rumah, semangat sportivitas diharapkan bisa ditularkan kepada seluruh kontingen yang diperkenalkan dalam defile.
Senin malam, defile dari 38 provinsi plus Ibu Kota Nusantara (IKN) secara bergiliran unjuk diri. Rombongan kontingen, dengan ragam busana olahraga dan busana adat, melenggang di atas panggung Stadion Harapan Bangsa dengan penuh suka cita.
PON kali ini menjadi spesial. Pasalnya, PON XXI menjadi debut penampilan bagi IKN. Begitu pula bagi Papua Barat Daya, Papua Pegunungan, Papua Tengah, dan Papua Selatan, empat daerah otonom baru (DOB).
Gegap gempita pembukaan PON XXI pada Senin malam bukanlah akhir. Perjalanan masih panjang. Semangat persatuan yang disimbolkan lewat kibaran bendera dan nyala api PON XXI harus senantiasa dijaga agar tidak padam hingga akhir kompetisi.
Sebagaimana isi “Janji Atlet” yang pada Senin malam dibacakan oleh tebing Veddriq Leonardo, atlet panjat peraih medali emas Olimpiade Paris 2024.
Semangat itu terepresentasi lewat janji atlet untuk mengikuti PON XXI “dengan suasana persahabatan, jiwa yang murni, jujur, dengan mengindahkan segala peraturan yang telah ditetapkan dan dengan hasrat untuk berlomba serta semangat kesatria sejati, sportivitas, menjunjung tinggi kehormatan, harkat, martabat bangsa dan kebesaran olahraga”.
Agar ajang PON XXI tak hanya seremonial belaka, "bahan bakar" semangat itu juga harus senantiasa diisi hari demi hari dengan momen-momen bermakna yang tidak hanya dilalui seluruh atlet melainkan juga seluruh masyarakat Indonesia sepanjang pesta olahraga terbesar di tanah air ini.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Mereka yang menjadi simbol penyala api semangat PON XXI