Timika (ANTARA GORONTALO) - Kepala Kepolisian Daerah Papua Irjen Polisi
Paulus Waterpauw mengingatkan manajemen PT Freeport Indonesia dan
sejumlah perusahaan privatisasi serta kontraktornya agar tidak bertindak
semena-mena melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karyawannya.
"Kalau memang ada penghematan dan lain-lain yang dilakukan
perusahaan, itu tugas dan tanggung jawab perusahaan. Saya pikir,
perusahaan juga tidak boleh semena-mena. Koordinasi secara baik ke
pemerintah. Kalau sepihak, nanti terjemahannya macam-macam," kata Paulus
Waterpauw di Timika, Jumat.
Kapolda juga meminta dukungan serta bantuan para tokoh masyarakat
dan kepala-kepala suku di Mimika agar turut menjaga situasi keamanan di
sekitar area pertambangan PT Freeport Indonesia.
"Suarakan ke masyarakat bahwa masalah ini sedang dalam proses.
Jangan membuat gerakan-gerakan lain yang justru membuat masalah ini
makin lama diselesaikan," ujarnya.
Paulus mengakui saat ini pengamanan di area pertambangan PT
Freeport di Kabupaten Mimika mulai dari Mil 74 Distrik Tembagapura
hingga Pelabuhan Portsite Amamapare ditingkatkan.
Untuk mengamankan fasilitas-fasilitas penting di PT Freeport, Polri dibantu TNI mengerahkan sekitar 1.000 personel.
"Saya bersama Bapak Pangdam (Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI
Hinsa Siburian) telah mendapat laporan dari Kapolres Mimika, Dandim
Mimika, Komandan Satgas Pengamanan PT Freeport dan Direktur PAM Obvit PT
Freeport bahwa personel kita sudah menempati semua area di PT Freeport.
Juga termasuk di dalamnya yaitu petugas pengamanan internal
perusahaan," jelas Paulus.
Mantan Kapolres Mimika periode 2003-2005 itu menegaskan peningkatan
pengamanan di area pertambangan PT Freeport mengacu dari pengalaman
tahun-tahun sebelumnya dimana jika terjadi penghentian produksi maka
akan berdampak luas kepada ribuan karyawan dan keluarga mereka, tetapi
juga masyarakat di Mimika.
"Dampak yang ditimbulkan akibat penghentian produksi PT Freeport
sangat besar tidak saja bagi karyawan, tapi juga mereka-mereka yang
selama ini memanfaatkan pembuangan tailing di sepanjang aliran Kali
Kabur (Sungai Aijkwa). Belum lagi kelompok-kelompok lain yang selama ini
bergantung pada suplai dana PT Freeport," jelas Paulus.
Kapolda Papua bersama Pangdam XVII/Cenderawasih bersama jajaran
terkait lainnya akan segera melakukan evaluasi pengamanan di area
Freeport. Jika diperlukan sewaktu-waktu, akan didatangkan pasukan TNI
dan Polri ke Mimika untuk memperkuat pengamanan di area PT Freeport
tersebut.
"Untuk tahap awal kami coba dulu dengan kekuatan yang kita punya.
Mengingat sekarang anggota kami banyak ditugaskan untuk melakukan
pengamanan Pemilukada pada 11 kabupaten/kota di Provinsi Papua maka kita
akan tambahkan pengamanan ini," ujarnya.
Kapolda mengakui sejak Kamis (16/2) terdapat sejumlah anggota
Brimob dari Polda Kalimantan Barat telah didatangkan ke Timika untuk
memperkuat pengamanan di area PT Freeport Indonesia.
"Mereka sudah datang ke Timika untuk membantu, tapi jumlahnya masih terbatas," jelas Paulus.
Kapolda Papua Paulus Waterpauw bersama Pangdam XVII/Cenderawasih
Mayjen TNI Hinsa Siburian secara khusus datang ke Timika pada Jumat pagi
untuk menemui ribuan karyawan PT Freeport dan perusahaan-perusahaan
privatisasi serta kontraktornya yang menggelar aksi demonstrasi di
Kantor DPRD dan Kantor Bupati Mimika.
Aksi demonstrasi itu untuk menuntut pemerintah segera menerbitkan
ijin kepada PT Freeport agar melakukan ekspor konsentrat tembaga, emas
dan perak ke luar negeri.
Ijin ekspor konsentrat PT Freeport telah dihentikan oleh pemerintah sejak 12 Januari 2017.
Akibat dari kebijakan itu, sejak 10 Februari 2017 PT Freeport menghentikan sementara proses produksinya.
Saat ini terdapat 23.200 karyawan baik karyawan permanen PT
Freeport maupun karyawan perusahaan kontraktor dan privatisasinya yang
bekerja di area pertambangan di Tembagapura, Mimika, Papua.
Kapolda Papua: Freeport jangan semena-mena PHK karyawan
Jumat, 17 Februari 2017 15:18 WIB