Kabupaten Bone Bolango (ANTARA) - Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Negeri Gorontalo bersama Pemerintah Daerah dan warga merehabilitasi terumbu karang di perairan Desa Botutonuo, Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo.
"Awalnya terumbu karang di situ sudah banyak rusak, dan menurut masyarakat memang tidak ada ikan lagi. Itu sebabnya kami memilih Botutonuo," ujar Kepala Pusat Kemaritiman LPPM Universitas Negeri Gorontalo (UNG) Profesor Femy Mahmud Sahami di Gorontalo, Selasa.
Ia menjelaskan, kawasan barrier reef atau karang penghalang yang dahulu menjadi habitat bagi ribuan biota laut, sempat berubah menjadi patahan karang mati akibat aktivitas manusia, pencemaran, dan perubahan iklim.
Kini, kondisi itu mulai berubah kata dia, ribuan karang muda tumbuh di atas rangka baja heksagonal hasil inovasi konservasi yang melibatkan kolaborasi antara peneliti, pemerintah, dan masyarakat pesisir.
Pemulihan Botutonuo dimulai pada 2018 ketika Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) meluncurkan program nasional rehabilitasi terumbu karang di sejumlah daerah. Untuk Provinsi Gorontalo, lokasi yang dipilih adalah perairan Kabupaten Bone Bolango.
Tahap awal dilakukan menggunakan media balok beton pada kedalaman tiga meter. Dalam enam bulan, mulai terlihat peningkatan jumlah ikan yang menandakan ekosistem perlahan pulih.
Tahun 2022 kata Femy, UNG bersama KLHK mengganti media rehabilitasi dari beton ke rangka baja heksagonal berbentuk jaring, atau yang dikenal sebagai spider reef frame. Desain ini dinilai lebih kuat terhadap arus laut dan cocok untuk dasar laut yang berupa patahan karang (rubble).
"Sebanyak 85 unit spider reef dipasang di area seluas 115 meter persegi. Pemantauan menunjukkan rata-rata pertumbuhan karang 1,72 cm dalam tiga bulan. Kehadiran ikan karang juga meningkat signifikan, menandakan habitat mulai pulih," jelas Prof. Femy.
Penelitian lanjutan oleh mahasiswa UNG pada 2023 menemukan dua jenis karang dominan, yakni Acropora tabulate dan Acropora branching. Jenis tabulate menunjukkan pertumbuhan yang lebih cepat dan stabil dibanding jenis lainnya.
Momentum positif berlanjut pada 2024 dengan penanaman 150 unit spider reef tambahan berisi 1.050 fragmen karang Acropora. Hasil pemantauan pada Juni dan Juli 2024 menunjukkan tingkat kelangsungan hidup 100 persen dengan pertumbuhan rata-rata 0,95 cm dalam dua bulan. Populasi ikan meningkat dari 704 menjadi 740 individu yang terdiri dari 71 spesies dari 18 famili.
Salah seorang warga di balik gerakan konservasi itu adalah Ketua Kelompok Barrier Reef Botutonuo Alinton Pisuna.
Setiap akhir pekan, Alinton bersama 15 anggota kelompoknya menyelam menggunakan peralatan sederhana untuk memantau karang, membersihkan lumut, dan mengganti fragmen yang rusak.
Sejak 2017, Alinton terlibat aktif dalam kegiatan transplantasi karang bersama UNG dan KLHK. Meskipun sempat kehilangan ratusan meja karang akibat gelombang besar dan pembangunan dermaga, ia tetap melanjutkan kegiatan penanaman baru.
Kepala Bidang Pengelolaan Ruang Laut dan Pengawasan Sumber Daya Kelautan DKP Provinsi Gorontalo Syafrie A.B. Kasim mengatakan, kawasan Teluk Gorontalo, termasuk Botutonuo, telah ditetapkan sebagai zona konservasi prioritas.
Pemerintah juga memfasilitasi kelompok masyarakat seperti Barrier Reef Botutonuo melalui program Laut Sejahtera (Lautra) dari Kementerian Kelautan dan Perikanan. Program ini memberikan bantuan peralatan selam dan pelatihan monitoring biofisik agar masyarakat dapat memantau kondisi laut secara mandiri.
Upaya konservasi di Botutonuo juga menyentuh dunia pendidikan. Setiap tahun, siswa Brillikids Leadership Elementary School datang menanam karang bersama kelompok masyarakat.
