Jakarta (ANTARA) - Ekonom senior The Indonesia Economic Intelligence (IEI), Sunarsip menilai positif rencana produsen mobil Toyota bekerja sama dengan Pertamina mengembangkan ekosistem bioetanol di Indonesia.
Dia menyatakan, rencana yang akan ditindaklanjuti dengan pembentukan joint venture antara Pertamina dan Toyota paling lambat 2026, sebagai langkah bisnis yang cerdas.
"Saya kira betul ya (langkah cerdas). Karena nanti bioetanol yang diproduksi Pertamina akan lebih match dan tepat dengan teknologi pada mayoritas kendaraan bermotor roda empat yang dikembangkan di Indonesia," ujar dia di Jakarta, Jumat.
Dari sisi ekonomi, tambahnya, pengembangan bioetanol, akan berperan penting mengurangi impor sehingga bisa menolong neraca perdagangan.
Selain itu, menurut dia pemanfaatan sumber daya alam di dalam negeri, tentu akan menimbulkan efek domino terhadap aktivitas perekonomian nasional, petani akan bisa memperoleh nilai manfaat yang besar, sebab meningkatnya kebutuhan etanol akan menaikkan permintaan terhadap bahan baku seperti singkong, tebu, dan sebagainya.
"Jadi petani akan mendapat harga yang lebih baik. Kemudian akan menciptakan lapangan kerja baru sehingga menciptakan tambahan sumber ekonomi," katanya.
Namun demikian, Sunarsip meminta pemerintah menyiapkan skenario kompensasi agar harga bioetanol terjangkau karena merupakan komoditas non-subsidi.
"Ini yang perlu dicermati pemerintah bagaimana implikasinya dengan fiskal. Ini adalah produk non-subsidi. Tetapi, harganya secara keekonomian tetap harus disesuaikan dengan daya beli masyarakat," ujarnya.
Di sisi lain, Sunarsip mengingatkan agar pasar bioetanol produk joint venture tersebut juga harus dikembangkan secara luas sebab perusahaan tersebut bukan membuat mobil tetapi bahan bakar nabati yang bisa digunakan berbagai merek, produksi produsen lain termasuk untuk ekspor.
"Kalau bioetanolnya bisa diserap 100 persen pasar dalam negeri, itu baik, tetapi kalau tidak, berarti harus dipikirkan untuk ekspor," katanya.
Ke depan, menurut Sunarsip Pertamina tidak sendirian memproduksi bioetanol, sejalan dengan kebijakan blending BBM minimal 10 persen perusahaan SPBU swasta juga akan mengembangkan produk serupa.
Rencana kerja sama Pertamina - Toyota merupakan hasil kunjungan Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala BKPM Todotua Pasaribu ke Jepang dan bertemu Masahiko Fukushima, CEO of Asia Region, Toyota Motor Corporation.
Sunarsip menilai rencana kerja sama Pertamina dengan Toyota tersebut juga sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto untuk mendorong swasembada energi, ekonomi hijau, serta hilirisasi guna meningkatkan nilai tambah sumber daya alam dalam negeri.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ekonom apresiasi kerja sama Pertamina - Toyota kembangkan bioetanol
