Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Industri jamu dan kosmetik diminta untuk
terus meningkatkan penguasaan teknologi dan penggunaan produk dalam
negeri untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor.
Demikian
disampaikan Direktur Industri Kimia Hilir Kemenperin Teddy Caster
Sianturi pada Pembukaan Pameran Industri Kosmetik dan Jamu di Plasa
Kemenperin, Jakarta.
"Di Indonesia, terdapat 30
ribu jenis tanaman herbal, namun baru 350 jenis yang sudah dimanfaatkan
oleh industri," kata Teddy melalui keterangan pers diterima di Jakarta,
Selasa.
Hal ini menjadi peluang pengembangan
bagi industri obat tradisional serta kosmetik yang berbahan dasar alam
karena sedang menjadi tren.
Teddy juga menyampaikan, pembinaan di industri ini membutuhkan kerja sama lintas sektoral yang saling terintegrasi.
Pasalnya,
selain pemenuhan terhadap regulasi dari sisi kesehatan, juga diperlukan
fasilitasi atau pembinaan untuk menjamin standar dan kualitas produk.
"Kemenperin
tentunya tidak bisa jalan sendiri mengawal kebijakan pembangunan
industri tersebut. Peran asosiasi dunia usaha sangat penting sebagai
mitra pemerintah dalam memberikan masukan serta evaluasi kebijakan,"
paparnya.
Di samping itu, langkah sinergi lainnya,
diterapkan dalam pelaksanaan pengembangan pendidikan vokasi industri
yang berbasis kompetensi.
"Program ini
memiliki keterkaitan dan kesepadanan antara dunia pendidikan dengan
dunia kerja, sehingga tenaga kerja lokal juga mampu bersaing di tingkat
regional dan global," terangnya.
Teddy berharap,
melalui program pendidikan vokasi industri yang diinisiasi oleh
Kemenperin, Indonesia akan mampu menciptakan sumber daya manusia yang
kompeten sesuai kebutuhan dunia industri saat ini.
"Semoga,
dengan berbagai program dan kebijakan strategis yang dijalankan
tersebut, dapat memberikan kontribusi signifikan dalam pengembangan
industri kosmetik dan jamu nasional sehingga mampu bersaing di pasar
internasional," katanya.
Selama tiga tahap
peluncuruan program vokasi yang link and match antara Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) dengan industri, Kemenperin telah melibatkan sebanyak 307
industri dan 1035 SMK.
Ketiga tahap tersebut
untuk wilayah, Jawa Timur, Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta, serta Jawa
Barat. Program ini akan terus dilanjutkan per provinsi di seluruh
wilayah Indonesia.
Pada tahun 2019, Kemenperin
menargetkan program pendidikan vokasi industri ini diikuti sebanyak
1.775 SMK dan 355 industri dengan jumlah lulusan tersertifikasi yang
dihasilkan mencapai 845.000 orang.
Kemenperin
optimistis target satu juta SDM industri yang tersertifikasi kompetensi
sampai tahun 2019 akan tercapai, dengan 845.000 siswa program link and
match dan 162.000 lulusan Diklat 3in1.