Gorontalo, (ANTARA GORONTALO) - Salah satu organisasi nirlaba dari Inggris, Oxfam memastikan bahwa sistem pangan dunia tidak berdaya dalam menghadapi banyak hal.
Koordinator Oxfam di Indonesia, Taufiqul Mujib, di Gorontalo, Selasa, mengatakan krisis pangan global mengancam saat ini disebabkan sistem yang tak berdaya dalam menghadapi banyak hal seperti perubahan iklim, degradasi ekologis, dan pertumbuhan penduduk.
Selain itu sistem pangan juga tak berdaya dalam menghadapi kenaikan harga energi, meningkatnya permintaan untuk daging dan produk susu, persaingan untuk tanah dari biofuel, industri, serta urbanisasi.
"Hal ini pun terjadi di Indonesia," ucap Taufiqul.
Menurut dia, untuk ketahanan pangan, di tingkat regional Asia Tenggara, Indonesia berada di peringkat lima dari tujuh negara, sementara pada tingkat global, Indonesia berada di peringkat 64 dari 105 negara.
Sementara itu kata Taufiqul, indonesia menghadapi persoalan pangan nasional berupa liberalisasi sistem perdagangan pangan, eksploitasi dan dominasi sumber daya alam, dan marjinalisasi penghasil pangan skala kecil.
Selain itu juga kebijakan pangan yang dikeluarkan oleh pemerintah justru membahayakan, ketidakstabilan harga pangan, terlemparnya perempuan dari akses terhadap tanah dan air, kemudian kekacauan iklim dan degradasi ekologis.
Hal yang tak kalah penting juga adalah semakin berkurangnya lahan baku untuk tanaman pangan.
Menurut Taufiqul, alih fungsi lahan di indonesia mencapai 110.000 ha/tahun dan jika luas lahan baku tahun 2002 seluas 7.748.840 ha, maka tahun tahun 2011 lahan baku tinggal 6.758.840 ha, serta tahun 2014 lahan baku tersisa 6.428.840.
Hal itu mengindikasikan, jika lahan terus berkurang sementara jumlah penduduk naik sebanyak 1,4 persen, maka tahun 2020 indonesia akan mengalami kekurangan pangan.