London (ANTARA) - Indonesia mendorong kerja sama di bidang industri 4.0 dan ekonomi kreatif di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan menggelar seminar bertajuk “Industri 4.0 dan Ekonomi Kreatif” yang diadakan di Markas PBB di Wina, Senin, (8/7).
Kedutaan Besar RI/Perwakilan Tetap Republik Indonesia di Wina dalam keterangan persnya yang diterima Antara London, Kamis, menyebutkan seminar diselenggarakan oleh Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), bekerjasama dengan Organisasi Pembangunan Industri PBB (United Nations Industrial Development Organization - UNIDO), dan difasilitasi KBRI/PTRI Wina.
Dubes/Wakil Tetap RI untuk PBB di Wina, Dr Darmansjah Djumala dalam sambutannya menyampaikan ekonomi kreatif dan industri 4.0 saling memperkuat. Indonesia yang sadar betul dengan ancaman sekaligus peluang industri 4.0 mendorong UNIDO untuk membantu negara berkembang menghadapi revolusi industri keempat, antara lain dengan memberikan informasi dan keterampilan yang dibutuhkan. Seminar ini adalah salah satu kontribusi Indonesia atas upaya tersebut.
“Seperti kata Robert J. Shiller, pemenang nobel ekonomi tahun 2013, 'Kita tidak bisa menunggu rumah terbakar untuk mengasuransikannya'. Begitu juga kita tidak bisa menunggu kekacauan besar di masyarakat untuk mempersiapkan diri menghadapi revolusi industri keempat,” ujar Dubes Djumala.
Deputi Hubungan Lembaga dan Regional Bekraf, Endah W Sulistianti menyatakan revolusi industri keempat menyediakan peluang lebih besar bagi ekonomi kreatif untuk semakin berkembang. Teknologi termutakhir seperti kecerdasan buatan, robot, serbanet, dan lain-lain dapat lebih mengoptimalkan pengembangan ekonomi kreatif.
"Di era Industri 4.0 ini setiap orang harus lebih gesit mengembangkan ide baru dan meningkatkan kinerja bisnis. Dengan keterlibatan transformasi digital, ekspresi kreativitas difasilitasi, sehingga menjadi peluang ekonomi,” ujar Endah.
Ekonomi kreatif berperan penting dalam ekonomi Indonesia. Pada tahun 2018, ekonomi kreatif menyumbang 77,9 miliar dolar AS atau setara dengan 7,44 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Sumbangan ekonomi kreatif Indonesia ke PDB menjadi yang terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan Korea Selatan.
Selain itu, ekonomi kreatif Indonesia mempekerjakan 17 juta orang sekitar 14 persen dari tenaga kerja aktif Indonesia dan lebih dari 54 persen pemain kreatif adalah perempuan. Angka signifikan ini membuktikan ekonomi kreatif adalah alternatif strategis menuju kesetaraan dan peluang.
Indonesia tengah meningkatkan pengembangan dan pertumbuhan ekonomi kreatif Indonesia di 16 sub-sektor, dengan fokus pada tiga sub-sektor terkemuka yaitu kuliner, mode, dan kerajinan tangan dan tiga sub-sektor diprioritaskan film, animasi dan video, aplikasi dan permainan, dan musik.
Seminar diadakan sebagai tindak lanjut dari pertemuan World Conference on Creative Economy (WCCE) yang digelar di Bali November tahun lalu, bertujuan mengarusutamakan isu ekonomi kreatif di lembaga internasional, terutama PBB. Seminar dihadiri perwakilan dari negara-negara anggota UNIDO dan kalangan masyarakat sipil.
Dalam sambutannya, Direktur Hubungan Eksternal UNIDO, Kai Bethke, menyampaikan harapan penggunaan kemajuan teknologi industri 4.0 dapat menggerakkan ekonomi kreatif dan memicu perubahan paradigma di negara-negara anggota dan organisasi internasional.
Usai seminar, delegasi Bekraf melakukan pertemuan bilateral dengan perusahaan di Austria yang bergerak di bidang ekonomi kreatif seperti game developer dan Advantage Austria, lembaga nonpemerintah di bawah Kadin Austria, yang bergerak di bidang promosi dagang dan industri.