Woman Institute for Research and Empowerment of Gorontalo (WIRE-G) dan IAIN Sultan Amai menggelar Rembuk 1.000 Perempuan Gorontalo, di halaman kampus tersebut, Jumat.

Kegiatan memperingati International Women's Day itu, diikuti sejumlah aktivis perempuan, LSM, mahasiswa, dosen, serta sejumlah pihak terkait seperti Polda Gorontalo, Kejaksaan dan kalangan pengusaha.

Direktur WIRE-G Kusmawaty Matara mengatakan kegiatan tersebut untuk menyatukan persepsi tentang isu kekerasan yang dialami perempuan,yang jumlahnya semakin meningkat tapi tidak semua masuk ke ranah hukum.

"Untuk Provinsi Gorontalo, sepanjang 2018 ada 457 kasus kekerasan terhadap perempuan. Namun, tidak semuanya dilaporkan kepada pihak berwajib. Ini penting untuk dikaji lagi dan dibahas semua pihak terkait," katanya.

Menurutnya perempuan harus memiliki pengetahuan memadai mengenai isu-isu perempuan, kekerasan dan hukum agar mampu mengambil keputusan dan solusi bila mengalami kekerasan dari mana pun.

"Angka kekerasan bisa diminimalisir, bila kita para perempuan, institusi penegak hukum, perguruan tinggi sama-sama konsen pada kasus-kasus ini," jelasnya.

WIRE-G, lanjutnya, melakukan upaya pencegahan melalui peningkatan kapasitas perempuan dan upaya penanggulangan dengan membentuk Lembaga Bantuan Hukum (LBH) khusus untuk memberikan pendampingan hukum kepada para perempuan.

Rektor IAIN, Dr. Lahiji mengatakan kasus kekerasan diantaranya penyebabya adalah pernikahan dini, yang tidak diikuti oleh pengetahuan dan kesiapan mental anak.

"Makin tinggi kualitas SDM di suatu tempat, makin rendah kejahatan yang terjadi. Ini bisa dikaji lagi. Penting untuk melakukan pencegahan sedini mungkin, karena korbannya sebagian besar adalah perempuan dan anak," katanya.

 

Pewarta: Debby H. Mano

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2019