Jakarta (ANTARA) - Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Muhammad Reza Cordova mengingatkan akan potensi kehilangan ekonomi yang besar jika tidak dilakukan pencegahan sampah plastik yang berakhir di lautan, dengan estimasi dampaknya mencapai triliunan rupiah.
Dalam diskusi yang diadakan BRIN di Jakarta, Rabu, peneliti Pusat Riset Oseanografi BRIN, Muhammad Reza Cordova menjelaskan telah terjadi penurunan sampah yang bocor ke lautan, dari 615.675 ton pada 2018 menjadi 359.061 ton pada 2023 atau turun 41,68 persen, menurut data Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN PSL).
Dia menjelaskan berdasarkan penghitungan rata-rata per tahun terdapat kebocoran 484 ribu ton sampah ke lautan dari aktivitas masyarakat, dengan estimasi memiliki nilai kehilangan berkisar antara Rp25 triliun sampai Rp255 triliun per tahun.
"Jadi, bisa kita bayangkan secara kasar dari 2018 sampai 2023, ini sudah 6 tahun dan sekarang masuk tahun ke-7, berarti secara kasar kita sudah kehilangan Rp2.000 triliun akibat sampah plastik," kata Reza.
Estimasi tersebut, katanya, berdasarkan dari beberapa sektor yang terdampak dari adanya sampah laut, termasuk dari ekologi, transportasi laut, perikanan, pariwisata, dan kesehatan.
Dia memberikan contoh bagaimana keberadaan sampah plastik yang sulit terurai dan dapat bertahan dalam waktu lama di ekosistem dapat menyebabkan kerusakan, termasuk pada kawasan terumbu karang, padang lamun dan mangrove, yang pada akhirnya mengakibatkan turunnya tangkapan ikan.
"Kalau kita tidak melakukan apapun atau misalnya semuanya business as usual, kerugiannya sebenarnya semakin lama semakin bertambah. Kenapa? Karena sampah itu kan berputar, jadi ketika sudah menempel, menghancurkan yang ada di sana," kata Reza.
Dia juga memperingatkan upaya rehabilitasi suatu kawasan yang sudah tercemar polutan, termasuk sampah plastik dengan kandungan mikroplastik, tidak akan mengembalikan fungsinya seperti kondisi awal sebelum terkontaminasi.
Oleh karena itu, langkah untuk menekan bocornya sampah plastik ke laut dengan upaya pengelolaan menjadi sangat penting, mengingat Indonesia merupakan salah satu negara dengan wilayah terumbu karang terluas di dunia.
"Diperkirakan luasan terumbu karang di Tanah Air mencakup 18 persen dari luas terumbu karang dunia atau sekitar 51 ribu kilometer persegi," ujarnya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Peneliti BRIN: Sampah plastik di laut berdampak pada ekonomi