Gorontalo (ANTARA) - Wakil Gubernur (Wagub) Gorontalo Idah Syahidah Rusli Habibie mengatakan pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak harus menjadi gerakan bersama dan meminta warganya untuk lebih peduli.
"Anak-anak adalah aset masa depan. Ketika mereka menjadi korban kekerasan, maka masa depan daerah ini juga ikut terancam," ujar Idah pada kegiatan seminar pencegahan kekerasan perempuan dan anak tingkat Provinsi Gorontalo, Jumat.
Pada seminar tersebut terungkap data jumlah tindak pidana perdagangan orang (TPPO) di Gorontalo sepanjang tahun 2024 sebanyak 63 kasus. Jika digabung dengan kekerasan anak maka angkanya mencapai 250 kasus.
Kondisi itu menurut Idah sangat mengkhawatirkan. Masyarakat diminta lebih peduli dengan melibatkan semua pihak, mulai dari keluarga, komunitas lokal, organisasi perempuan hingga aparat penegak hukum.
Idah menilai fenomena itu mencerminkan masih lemahnya perlindungan terhadap anak di lingkungan keluarga dan masyarakat. Rumah yang seharusnya menjadi tempat paling aman, justru kerap menjadi lokasi utama terjadinya kekerasan.
"Saya mengajak organisasi perempuan, lembaga pendidikan, dan masyarakat luas untuk menjadi pelopor dalam menciptakan lingkungan yang aman dan ramah anak, dimulai dari lingkup keluarga masing-masing," ajak dia.
Pemerintah Provinsi Gorontalo telah berkomitmen memperkuat sistem perlindungan anak melalui peningkatan kapasitas petugas, edukasi berkelanjutan, dan sinergi antarlembaga. Diharapkan, langkah itu mampu menekan angka kekerasan dan membangun Gorontalo sebagai provinsi yang lebih aman bagi perempuan dan anak.
"Saya menyambut baik inisiatif dari ketua Dharma Wanita dan jajaran yang telah menggelar kegiatan seminar ini. Semoga melalui seminar ini ada aksi nyata yang dilakukan, untuk bahu membah, menciptakan lingkungan yang aman, nyaman dan berkeadilan bagi semua kaum perempuan dan anak di Provinsi Gorontalo," kata Idah.