Jakarta (ANTARA) - Tentara Nasional Indonesia (TNI) bersama Universitas Pertahanan Republik Indonesia (Unhan RI) membentuk Satgas Pengembangan dan Penerapan Teknologi Penjernihan Air digunakan dalam penanganan bencana di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
Dalam siaran pers resmi yang diterima di Jakarta, Jumat, dijelaskan satgas ini bertugas untuk menciptakan alat penjernih air kotor menjadi air bersih yang layak dikonsumsi.
Satgas yang dikoordinatori Kolonel Inf Musthofa dan diketuai dosen Program Studi Fisika FMIPA Unhan RI Diyan Parwatiningtyas ini beranggotakan dosen dan kadet Unhan RI lintas program studi, termasuk Rekayasa Sumber Daya Air, Fisika, dan Teknik Sipil.
Mereka berupaya mengembangkan water treatment berbasis reverse osmosis yang mampu menghasilkan hingga 20.000 liter air bersih per hari untuk kebutuhan mandi dan mencuci, serta 4.000–5.000 liter air siap minum.
Dalam siaran pers tersebut, dijelaskan mesin penjernihan air dirancang menggunakan tabung filtrasi berbahan Fiber Reinforced Plastic (FRP) dengan lapisan media penyaring seperti manganese ferrolite, manganese zeolit, karbon aktif, dan silika.
"Air hasil filtrasi diproses dengan teknologi reverse osmosis dan penyinaran ultraviolet (UV) untuk memastikan bebas dari garam terlarut, kontaminan mikro, serta bakteri dan virus berbahaya," seperti dikutip siaran pers.
Dengan biaya produksi sekitar Rp 65–70 juta per unit, teknologi ini dinilai efisien dan efektif untuk kondisi darurat bencana.
Ke depan, teknologi ini diharapkan tidak hanya digunakan dalam masa tanggap darurat, tetapi juga dimanfaatkan secara berkelanjutan oleh masyarakat setempat.
Dengan demikian, keberadaan satgas dan teknologi penjernihan air ini diharapkan mampu meningkatkan ketahanan air bersih, menekan risiko penyakit akibat air tercemar, serta mempercepat pemulihan wilayah terdampak bencana.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: TNI dan Unhan ciptakan alat penjernih air untuk dipakai saat bencana
