Jakarta (ANTARA) - Rumah Sakit Budi Kemuliaan hingga Kamis dini hari (23/5) telah menerima sebanyak 177 korban dari aksi 22 Mei 2019 yang berujung ricuh.
"Tidak ada yang rawat inap, ada tiga korban serius, tapi telah dirujuk ke rumah sakit lain, seperti RS Tarakan dan RSCM," ujar Direktur Pelayanan Medis RS Budi Kemuliaan Muhammad Rifky di Jakarta, Kamis dini hari.
Ia merinci, tiga korban serius itu satu dia mengalami luka di bagian mata sebelah kanan akibat benda tumpul, satu korban lagi juga terkena luka serius di bagian mata akibat gas air mata, yang keduanya telah dirujuk ke RSCM. Satu korban lainnya dirujuk ke RS Tarakan akibat luka di kaki akibat peluru karet.
"Ada satu korban meninggal dunia kemarin pagi (Rabu, 22/5) bernama Farhan asal Depok, yang juga dirujuk ke RSCM," kata dia.
Rifki juga mengatakan biaya pengobatan korban dari aksi demo 22 Mei ditanggung Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
"Kita sudah koordinasi dengan Dinas Kesehatan dan sudah ada juga surat edarannya bahwa kalau ada pasien yang punya BPJS pakai BPJS, kalau tidak punya pakai dana pemprov," ujar Muhammad Rifki di Jakarta, Kamis dini hari.
Ia menambahkan, pihak RS Budi Kemuliaan menyiagakan sekitar 30 tenaga medis sebagai antisipasi. Namun, Rifki berharap situasi ke depannya kondusif.
Sementara itu, suasana jalan dis RS Budi Kemuliaan pada Kamis (23/5) dini hari, yakni Jalan Abdul Muis dan Jalan Budi Kemuliaan, Jakarta Pusat, terpantau sepi, setelah sebelumnya sejumlah mobil ambulans hilir mudik membawa korban aksi demo 22 Mei.
Hingga Kamis sekitar pukul 03.00 WIB, terpantau hanya beberapa kendaraan bermotor yang melintas. Tidak pula terdapat aparat kepolisian dan TNI yang berjaga di sekitar RS Budi Kemuliaan.
"Tidak ada konsentrasi massa di sekitar RS Budi Kemuliaan," ujar salah satu petugas keamanan Rumah Sakit Budi Kemuliaan.
Rumah Sakit Budi Kemuliaan terima 177 korban aksi demo 22 Mei
Kamis, 23 Mei 2019 5:02 WIB