Warga setempat, Dewi Abubakar, di Gorontalo, Kamis, mengatakan, tak ingin melewatkan tradisi Tumbilotohe tahun ini.
Ia sengaja membeli botol yang dipasang sumbu minyak agar dapat melaksanakan pemasangan lampu tepat di awal malam Tumbilotohe untuk menghiasi teras rumah.
"Kami memasang lampu botol yang diisi minyak tanah. Meski harga bahan bakar ini cukup mahal Rp35 ribu per botol air mineral ukuran 1,5 liter namun untuk bisa melaksanakan Tumbilotohe kondisi tersebut tidak menjadi masalah," kata Dewi.
Ia mengaku telah beberapa hari mempersiapkan lampu botol tersebut agar bisa ikut melaksanakan tradisi malam pasang lampu menyambut Lebaran tahun ini.
"Biasanya kami menggunakan lampu botol dari tahun sebelumnya. Namun karena telah beberapa kali lebaran hanya menggunakan lampu listrik terpaksa untuk tahun ini membeli lagi. Harga per botol Rp1.000 yang diisi sumbu dilengkapi gantungan terbuat dari kawat besi," katanya.
Ia bersama keluarga berharap dapat melaksanakan tradisi Tumbilotohe selama tiga malam di malam-malam terakhir bulan Ramadhan 1443 Hijriah.
Warga lainnya, Ismail mengatakan sangat antusias menyambut tradisi Tumbilotohe tahun ini.
Meski sudah dua tahun kemeriahan tradisi Tumbilotohe tak nampak dampak pandemi COVID-19 namun ia mengaku bersyukur pelonggaran pemerintah di tahun ini membuat umat Islam bisa kembali melaksanakan Tumbilotohe secara langsung dengan memasang lampu botol yang digantung pada rangkaian bambu yang dirakit khas berhias janur kuning.
"Rasanya cukup berbeda ketika kita melaksanakan tradisi ini dengan memasang lampu botol. Apalagi saat lampu dinyalakan kita mengawali dengan membaca doa untuk mempertahankan tradisi yang diharapkan tidak akan pernah punah," katanya.
Meski tidak ada kemeriahan seperti pawai obor ataupun lomba penataan lampu Tumbilotohe tercantik namun tradisi itu diharapkan dapat terus dipertahankan dan lestari.
"Hikmahnya umat Islam bisa melaksanakan Tumbilotohe dengan sederhana tanpa mengurangi makna malam pemasangan lampu," imbuhnya.
Sekretaris Daerah Gorontalo Utara, Suleman Lakoro mengatakan, umat Islam di daerah itu dapat menggelar tradisi Tumbilotohe atau malam pasang lampu.
Namun diharapkan digelar sederhana agar tradisi tersebut tidak menimbulkan kerumunan karena pelaksanaan disiplin protokol kesehatan masih diterapkan untuk mencegah penularan COVID-19.