Gorontalo (ANTARA) - Isak tangis puluhan warga binaan pemasyarakatan (WBP) Lapas Perempuan Kelas II Gorontalo, UPT Kanwil Kemenkumham Provinsi Gorontalo pecah saat mengikuti program rehabilitasi sosial di Kabupaten Gorontalo, Kamis.
Kepala Kantor Wilayah Kemenkumham Provinsi Gorontalo Heni Susila Wardoyo menjelaskan, program itu dibawakan oleh pemateri dari Pola Pertolongan Allah (PPA) dalam kegiatan rehabilitasi sosial berbasis tauhid, yang digelar di Masjid Saud Al Anazi.
Ia menjelaskan, lapas memiliki fungsi sebagai pembinaan baik jasmani dan rohani. Kegiatan yang merupakan program dari PPA adalah bagian dari rehabilitasi sosial dalam rangka memberikan suatu keteduhan pikiran dan keimanan kepada warga binaan.
"Lapas dalam konteks ini bekerja sama dengan Kementerian Agama, tenaga pendidikan, termasuk juga LSM yang yang memiliki keahlian dalam bidang itu," kata Heni didampingi Kalapas Perempuan Gorontalo, Melita Eriza.
Dengan adanya kegiatan seperti itu, dirinya berharap tumbuh kesadaran dan keikhlasan, sehingga selama menjalani pidana yang sekian tahun itu bisa dijalankan dengan penuh keikhlasan.
"Dengan demikian tentu dapat diperoleh suatu kualitas hidup yang lebih baik setelah menjalani kehidupan di lapas, karena sebenarnya Lapas ini merupakan lembaga pendidikan informal juga," ujarnya.
Menurutnya paradigma lapas saat ini bukan hanya untuk efek jera, tetapi juga memberikan pembinaan untuk mempersiapkan WBP kembali ke masyarakat dengan kehidupan yang lebih berkualitas daripada sebelumnya.
"Tujuannya adalah tidak mengulangi kesalahan-kesalahan yang lalu. Dia akan terdorong menjadi manusia yang lebih baik yang memiliki keahlian dan keterampilan. Harapannya ketika kembali ke masyarakat, dia akan jadi manusia yang produktif," tutup Heni.
Pada kegiatan itu, pemateri dari Pola Pertolongan Allah (PPA) yaitu Rivendi Luawo yang menyampaikan bahwa, yang sedang dijalani saat ini oleh warga binaan jangan dianggap sebagai hukuman semata, tapi dimaknai sebagai cara Allah SWT mencintai mahkluk ciptaannya.