Gorontalo, (ANTARA GORONTALO) - Pelaksana Teknis Konservasi Balai Wilayah Sungai (BWS) II Wempy Warokah mengatakan, pekerjaan tanggul di Danau Limboto bukan ditujukan sebagai jalan untuk umum.
"Banyak yang salah kaprah karena mengira tanggul itu jalan lingkar danau. Itu memang bisa digunakan untuk jalan, misalnya, `jogging track`, tapi kalau untuk mobil dan transportasi lain tidak kami rekomendasikan melintasi tanggul itu," katanya di Gorontalo.
Alasannya, kata dia, struktur tanah di bagian bawah tanggul tergolong lunak sehingga tidak bisa mendapat tekanan kuat dari atas.
Ia juga mengungkapkan pihaknya tidak berencana mengaspal jalan tersebut karena fungsinya hanya sebagai tanggul pengendali banjir serta pintu air.
"Tanggul ini juga bentuknya tidak melingkari danau sehingga salah bila menyebutnya jalan lingkar. Kami tidak mungkin menutup seluruh akses masuk air sungai dari hulu ke danau, karena itu akan menyebabkan danau lebih cepat dangkal," katanya.
Dalam revitalisasi Danau Limboto tahap 1 menggunakan APBN tahun 2012 dengan pagu Rp90 miliar yang meliputi pembangunan groundsill 10 buah, pembangunan tanggul 700 meter, pembangunan Reveetment dan Parafet sepanjang 1.800 meter dan dam 10 buah.
Revitalisasi tersebut berjalan hingga tahap IV tahun 2015 dengan dana Rp38 miliar.
Danau Limboto termasuk dalam Wilayah Sungai Limboto Bolango Bone yang dipasok 23 sungai.
Sungai-sungai utama adalah Sungai Biyonga, Meluopo dan Alo-Pohu, dengan luas daerah tangkapan (cathment area) seluas 920 kilometer persegi (km2).
"Outlet Danau Limboto hanya satu, yaitu melalui Sungai Tapodu. Laju pendangkalan danau akibat erosi dari sungai-sungai yang bermuara di danau sangat besar," ungkapnya.
Hasil Konferensi Nasional tentang Danau di Indonesia tanggal 13-15 Agustus 2009 di Bali, Danau Limboto termasuk danau kritis dari 9 danau di Indonesia yang penanganannya diprioritaskan.
Ia menambahkan, beberapa program kegiatan di bidang konservasi Danau Limboto adalah penetapan zona pemanfaatan danau, pembentukan lembaga pengelola danau, pengorganisasian pengelolaan DAS, konservasi dan pemulihan kerusakan zona hulu dan zona penyangga.