Kabupaten Gorontalo (ANTARA) - Sahabat Anak, Perempuan dan Keluarga (SALAMPUAN) melakukan kampanye 16 Hari Anti-Kekerasan Terhadap Perempuan yang diikuti oleh 230 pelajar tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah di Kabupaten Gorontalo.
Penanggungjawab program tersebut Afriyanto Abdul di Gorontalo Jumat mengatakan, kampanye itu berlangsung setiap tahun yang dimulai pada 25 November, yaitu Hari Internasional untuk Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan dan berakhir pada 10 Desember yaitu Hari Hak Asasi Manusia Internasional.
"Rentang waktu ini dipilih untuk menghubungkan secara simbolik antara kekerasan berbasis gender dan hak asasi manusia, menggarisbawahi bahwa kekerasan terhadap perempuan adalah salah satu bentuk pelanggaran HAM yang paling mendesak," ujarnya.
Ia menjelaskan, pada tahun 2024 ini, 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (HAKTP) bertambah hari menjadi 16 HAKTP plus, yang dapat diperingati sampai tanggal 18 Desember dan 22 Desember.
Dalam rangkaian kegiatan 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan tahun 2024 kata dia, pihaknya menggelar program "SALAMPUAN Goes to School". Program itu bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan edukasi tentang pentingnya menciptakan lingkungan aman dan bebas kekerasan, khususnya bagi perempuan dan anak perempuan di lingkungan sekolah.
"Sekolah adalah tempat yang seharusnya aman untuk semua siswa. Melalui program ini, kami ingin membangun kesadaran sejak dini agar generasi muda menjadi pelopor perubahan.” Kegiatan ini diharapkan dapat menjangkau lebih dari 1.000 siswa," ucapnya.
Dengan program tersebut SALAMPUAN mendorong siswa untuk menjadi agen perubahan bagi dirinya maupun lingkungan sekitarnya untuk meminimalisasi segala potensi kekerasan.
Direktur SALAMPUAN Asriyati Nadjamuddin menyatakan harapannya setelah agenda 16 HAKTP 2024 dilakukan pendampingan secara berkesinambungan sesuai kebutuhan warga sekolah khususnya terkait perkembangan anak dan remaja.
"Beberapa diskusi sudah kami agendakan seperti diskusi tentang pentingnya pengasuhan setara untuk mengurangi beban perempuan dan peningkatan kapasitas internal," ujarnya.
Dia berharap momentum 16 HAKTP 2024 ini bisa mendorong kesadaran semua pihak, bahwa masih banyak pekerjaan yang belum tuntas terkait penanganan kekerasan terhadap korban perempuan, terutama keterlambatan dalam proses penanganan dan peradilan yang dialami oleh perempuan korban kekerasan.