Jakarta (ANTARA) - Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM menggelar kegiatan sosialisasi penggunaan gawai proteksi arus sisa (GPAS) sebagai langkah preventif untuk mencegah kecelakaan dan kebakaran akibat listrik.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jisman Hutajulu dalam keterangannya di Jakarta, Senin, menjelaskan kegiatan sosialisasi bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai bahaya listrik sekaligus mendorong penerapan standar keselamatan ketenagalistrikan, yang lebih baik demi melindungi instalasi dan pengguna dari risiko yang tidak diinginkan.
"Kebakaran akibat listrik berdampak luas, tidak memandang tingkat sosial ekonomi, dan kerugiannya besar. Kita perlu meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memitigasi risiko ini," ujar Jisman pada sosialisasi GPAS, yang digelar di Bekasi, Jawa Barat, Selasa (24/12/2024).
Jisman melanjutkan pembangunan ekosistem ketenagalistrikan yang aman, ramah lingkungan, dan sesuai ketentuan keselamatan merupakan prioritas utama pemerintah.
Ia menyoroti pentingnya penerapan standar keselamatan ketenagalistrikan untuk melindungi instalasi, manusia, dan makhluk hidup lainnya dari risiko kecelakaan, sekaligus mendukung keberlanjutan lingkungan.
Koordinator Kelaikan Teknik dan Keselamatan Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Wahyudi Joko Santoso menjelaskan bahaya listrik pada sisi pemanfaatan mencakup risiko tersetrum dan kebakaran yang dapat berdampak luas.
Namun, bahaya dapat diminimalkan melalui instalasi listrik yang memenuhi standar pedoman umum instalasi listrik) (PUIL) serta penerbitan sertifikat laik operasi (SLO).
"Pemerintah menekankan pentingnya peran GPAS sebagai standar baru yang efektif dalam mengurangi risiko kecelakaan akibat arus listrik," ujar Wahyudi.
Akademisi Prof Syamsir Abduh pada paparannya menjelaskan perbedaan antara arus bocor dan arus sisa.
Ia menegaskan bahwa GPAS efektif mengatasi risiko arus sisa, yang sering kali tidak terdeteksi oleh perangkat standar seperti mini circuit breaker (MCB).
"MCB hanya memutus arus lebih, tetapi GPAS melindungi dari bahaya sentuhan langsung maupun tidak langsung," ungkap Syamsir.
Ia juga memaparkan hasil penelitian ASLITER terhadap 80 lokasi instalasi listrik, yang menunjukkan sektor layanan umum mencatat angka arus bocor tertinggi sebesar 72,49 mA dan arus sisa sebesar 15,49 mA, sehingga perlunya implementasi GPAS di sektor tersebut.
Ketua Umum Dewan Pengurus AKLI Puji Muhardi menyampaikan selain memastikan kepatuhan terhadap regulasi keselamatan ketenagalistrikan, GPAS juga mampu meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap instalasi listrik yang lebih aman.
"Upaya ini merupakan langkah strategis dalam menciptakan ekosistem kelistrikan yang lebih andal dan memberikan perlindungan maksimal bagi pengguna," katanya.
Perwakilan Asosiasi Produsen Peralatan Listrik (APPI) Yohannes Widjaja menjamin kesiapan manufaktur nasional memproduksi hingga 90 juta unit RCCB dan RCBO per tahun guna mendukung implementasi GPAS di seluruh Indonesia.
Acara juga menghadirkan narasumber penanggap dari Ketua Asosiasi Lembaga Inspeksi Tegangan Rendah, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, dan Asosiasi Pengelola Pasar Indonesia, yang memberikan perspektif tambahan tentang pentingnya GPAS dalam melindungi jiwa dan aset masyarakat.
Jisman menyampaikan pemerintah terus berkomitmen mengembangkan regulasi dan memperluas sosialisasi GPAS sebagai langkah nyata menurunkan risiko kecelakaan dan kebakaran akibat listrik.
"Kegiatan ini menjadi wujud kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, dan asosiasi demi keselamatan ketenagalistrikan nasional," sebutnya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kementerian ESDM cegah kebakaran akibat listrik lewat sosialisasi GPAS