Gorontalo (ANTARA) - Kasus sindrom pernapasan dan suspek campak di Provinsi Gorontalo meningkat signifikan berdasarkan laporan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR) minggu kesembilan Tahun 2025.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo Anang S. Otoluwa di Gorontalo, Minggu mengatakan lonjakan ini menjadi perhatian serius di tengah ancaman tripledemic, kombinasi kasus COVID-19, influensa, dan RSV (Respiratory Syncytial Virus) yang diperburuk oleh tingginya mobilitas masyarakat selama Ramadhan dan curah hujan tinggi di Gorontalo.
Ia mengatakan beberapa kasus penyakit yang patut diwaspadai seperti ISPA, Pneumonia, campak dan penyakit berbasis lingkungan lainnya.
Berdasarkan data SKDR pada pekan kesembilan Tahun 2025, menunjukkan tren peningkatan kasus Influenza-Like Illness (ILI) sebanyak 1242 kasus, dengan laporan tertinggi berasal dari Kabupaten Gorontalo Utara.
Menurut Anang, dari 10 penyakit terbanyak dan berpotensi terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) yang dilaporkan puskesmas yaitu ISPA berada di urutan pertama dengan jumlah 6.787 kasus.
"Mobilitas tinggi selama Ramadhan, ditambah kondisi udara lembab dan dingin karena curah hujan yang tinggi di seluruh wilayah ini, berpotensi menciptakan lingkungan ideal bagi penyebaran virus pernapasan," katanya.
Selain ILI dan ISPA, pneumonia juga menjadi perhatian utama dengan jumlah 399 kasus, terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia.
Menyikapi lonjakan ini, Dinas Kesehatan provinsi, kabupaten/kota dan puskesmas semakin meningkatkan kegiatan surveilans.
Meskipun masih menjadi isu global, tripledemic patut diwaspadai baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
"Salah satu langkah utama kami adalah penguatan imunisasi dengan meningkatkan cakupan vaksin terutama campak-rubella (MR) di wilayah yang cakupan-nya rendah guna mencegah terjadinya outbreak, terutama di daerah yang memiliki mobilitas tinggi selama Ramadhan dan menghadapi libur lebaran," katanya.
Ia menghimbau agar edukasi terus digalakkan sehingga masyarakat turut berperan penting dalam upaya mitigasi ini, dengan menekankan pentingnya menjaga kebersihan, menerapkan pola makan sehat selama puasa, serta menghindari kontak erat dengan individu yang sedang sakit untuk mengurangi risiko penularan.
Kesiapan fasilitas kesehatan selama Ramadhan hingga akhir libur Lebaran, mulai disiapkan serta ditingkatkan dengan memastikan ketersediaan stok vaksin, obat-obatan, logistik serta kapasitas layanan kesehatan yang memadai guna menghadapi potensi lonjakan pasien akibat tripledemic dan infeksi lainnya.
"Upaya mitigasi ini perlu didukung advokasi yang kuat kepada lintas sektor terkait, termasuk pemerintah kabupaten/kota, agar kebijakan yang diambil bisa diimplementasikan secara nyata untuk melindungi kesehatan masyarakat Gorontalo," imbuhnya.