Gorontalo, (Antara Gorontalo) - Petani di Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo, mengeluhkan tidak adanya stok pupuk bersubsidi di daerah ini sejak Oktober 2016.
"Hingga kini, petani tidak mendapatkan stok pupuk bersubsidi, padahal sudah melewati masa tanam," kata Kepala Desa Bubode Husrin Lamuda di Kecamatan Tomilito, di Gorontalo, Senin.
Kekhawatiran terhadap ancaman gagal panen, kata Husrin, sangat tinggi, mengingat stok pupuk, khususnya urea seharga Rp1.800,00 per kilogram dan NPK Rp2.300,00/kg, tidak bisa dibeli di tingkat pengecer yang mengalami kekosongan.
Khusus di desanya, kata Husrin, ada 15 kelompok tani, masing-masing kelompok tani mengelola 20 hektare lahan untuk tanaman padi dan jagung, hingga kini mereka belum melakukan pemupukan.
"Petani kebingungan mendapatkan stok pupuk, kalaupun ada hanya diedarkan para tengkulak dengan harga yang cukup mahal," ujarnya.
Petani berharap kata Husrin, pemerintah memperhatikan stok pupuk untuk wilayah-wilayah yang telah memasuki masa tanam agar ancaman gagal panen tidak terjadi.
Ia pun berharap penertiban terhadap para pengecer agar tidak menjual pupuk bersubsidi kepada para tengkulak.
"Indikasi tersebut ada, mengingat beberapa petani nekat membeli pupuk kepada tengkulak dengan harga yang cukup tinggi. Ini terpaksa dilakukan agar tanamannya tidak mati," ujar Husrin.
Haris Tuina, pengecer pupuk Ponska di Kecamatan Tomilito, mengatakan bahwa setiap tahunnya dia mendapatkan pasokan rata-rata 90 ton sampai dengan 100 ton pupuk Ponska. Namun, pada musim tanam lalu, stok yang diperoleh sempat melebihi kuota mencapai 120 ton.
Distribusi pupuk terakhir yang diterima, kata Haris, pada tanggal 21 Oktober 2016. Hingga saat ini, tidak ada lagi.
Ia mengaku telah mengajukan permohonan penambahan kuota pupuk sebanyak 70 ton menghadapi musim tanam kali ini melalui instansi teknis penanggung jawab. Namun, saat ini belum ada kejelasan.
"Kami berharap kuota penambahan tidak melewati pertengahan Desember nanti agar tepat dengan masa kebutuhan pemupukan oleh petani," ujarnya.
Aco Abdul Azis, pengecer pupuk bersubsidi di Desa Bulontio Barat, Kecamatan Sumalata, mengatakan bahwa kelangkaan pupuk juga dialami petani di wilayah barat tersebut.
Bahkan, dia mendapatkan informasi dari pihak distributor dan instansi teknis bahwa kuota pupuk untuk daerah ini telah habis.
Petani di wilayah ini banyak yang mengeluh karena tidak mendapatkan stok pupuk hingga saat ini.
"Tanaman mereka, khususnya jagung dan padi, terancam mati karena akan melewati masa pemupukan," ujarnya.
Pasokan pupuk yang diterima setiap tahun, kata Aco, mencapai 800 ton. Namun, hingga kini realisasinya belum mencapai 50 persen.
Informasi yang dia terima dari pihak Dinas Pertanian setempat, pekan depan akan ada penambahan stok pupuk mencapai 80 ton.
"Kami berharap ini segera terealisasi untuk memenuhi kebutuhan petani," ujarnya.