Gorontalo (ANTARA) - Teluk Gorontalo bukan sekadar hamparan biru yang menyimpan kekayaan hayati luar biasa; ia adalah tumpuan hidup bagi ribuan jiwa di pesisirnya. Namun, di balik upaya pelestarian Kawasan Konservasi Perairan (KKP) tersebut, ada satu kekuatan yang sering kali terabaikan yakni perempuan pesisir.
Akademisi dari Fakultas Kelautan dan Ilmu Perikanan (FKTP) Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Prof. Dr. Femy Mahmud Sahami, S.Pi, M.Si., mengungkapkan bahwa perempuan pesisir memegang peran strategis sebagai pilar utama keberlanjutan ekosistem laut. Menurutnya, keterlibatan aktif mereka bukan lagi pilihan, melainkan keharusan dalam pengelolaan KKP yang efektif.
Lebih dari Sekadar Pengelola Rumah Tangga
Dalam kegiatan Peningkatan Pelibatan Perempuan dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi di Perairan Wilayah Teluk Gorontalo, yang dilaksanakan Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Makassar, Prof. Femy menyebut selama ini, peran perempuan pesisir sering kali dipandang sebelah mata. Padahal, Ia menjelaskan bahwa mereka adalah sosok multiperan yang luar biasa.
"Perempuan pesisir bukan hanya pengelola rumah tangga. Mereka adalah penggerak ekonomi, penjaga pengetahuan lokal, sekaligus pendidik generasi masa depan. Kedekatan langsung mereka dengan laut setiap hari menjadikan mereka aktor kunci bagi keberlanjutan sumber daya kita," tegas Prof. Femy.
Secara tradisional, para perempuan ini telah lama menjadi benteng pertahanan keluarga. Mereka mengolah hasil tangkapan, menjaga ketahanan pangan, berdagang di pasar, hingga mewariskan kearifan lokal tentang musim tangkap dan cara memanfaatkan laut secara bijak kepada anak-anak mereka.
Potensi Strategis dalam Pengelolaan KKP
Lebih jauh, Prof. Femy melihat potensi besar perempuan pesisir untuk terlibat dalam ranah teknis dan kebijakan pengelolaan kawasan konservasi. Beberapa poin strategis yang bisa dilakukan perempuan meliputi, Monitoring & Pengawasan: menjadi "mata" bagi kelestarian kawasan, Edukasi & Advokasi: mengampanyekan lingkungan yang sehat kepada komunitas, Ekowisata Bahari: mengelola potensi wisata berbasis alam yang berkelanjutan, Pengendalian Sampah Laut: Memimpin gerakan kebersihan di lingkungan pesisir.
Bahkan, Prof. Femy menekankan pentingnya perspektif perempuan dalam perencanaan tata ruang laut. Keterlibatan mereka dalam menentukan kebijakan zonasi akan memastikan bahwa aturan yang dibuat benar-benar mencerminkan kebutuhan masyarakat lokal sekaligus menjaga ekosistem.
Memadukan Pengetahuan Lokal dengan Sains
Salah satu poin krusial yang diangkat adalah sinergi antara pengetahuan lokal dan pendekatan ilmiah. Prof. Femy yakin bahwa pelibatan perempuan secara setara akan membuat pengelolaan KKP menjadi lebih adaptif.
"Ketika perempuan dilibatkan, akan tumbuh rasa memiliki (sense of belonging) dan tanggung jawab bersama. Ini bukan hanya soal keadilan sosial, tetapi soal bagaimana kita memastikan sumber daya laut tetap ada untuk masa depan," tambahnya.
Pemberdayaan perempuan pesisir juga diyakini mampu mendorong diversifikasi usaha berbasis konservasi. Hal ini tidak hanya memperkuat ekonomi lokal, tetapi juga meningkatkan ketahanan komunitas pesisir dalam menghadapi tantangan lingkungan dan ekonomi yang semakin kompleks.
Baca juga : Menjaga "Napas" Teluk Gorontalo: Guru Besar UNG Tekankan Peran Strategis Perempuan Pesisir Dalam Konservasi
