Beijing (Antaranews Gorontalo) - Sebagian besar masyarakat China menganggap tanggal 11 bulan 11 sebagai momentum yang luar biasa istimewa meskipun tidak tercantum dalam almanak tradisional mereka, seperti Imlek dan Chengbeng.
Rakyat daratan Tiongkok dari segala lapisan kelas sosial menantikan 11/11 tersebut karena dianggap saat yang tepat dalam membelanjakan uangnya.
Momentum ini tidak akan dilewatkan begitu saja oleh niagawan agar bisa menumpuk laba lebih besar lagi mengingat masyarakat China yang dalam beberapa dasawarsa terakhir mengalami peningkatan taraf hidup makin gila lagi dalam berbelanja.
Namun sebelum dikenal luas sebagai Festival Belanja Sehari, 11.11 atau Singles' Day yang dalam bahasa Mandarin sebenarnya Guanggun Jie hanya dikenal di kalangan anak muda China.
Pada 1990-an para mahasiswa di Nanjing, Provinsi Jiangsu, merayakan Singles' Day yang dianggapnya mewakili empat pemuda lajang.
Balada empat pemuda lajang itu bermula dari kisah asmara seorang mahasiswa Nanjing University bernama Mu Guang Kun dengan sapaan akrab Guanggun.
Untuk menghormati Guanggun yang bersedih karena kehilangan pujaan hatinya setelah meninggal akibat kanker, beberapa mahasiswa di kampus itu menjadikan angka 11/11 dengan simbolisasi 1 orang sebagai individu bertemu 1 orang lainnya untuk mengarungi kehidupan bersama.
Betapa berartinya makna 11/11 itu, lebih dari 4.000 pasangan di Beijing menikah massal pada 2011.
Keramatnya angka 11/11 tersebut tidak luput dari perhatian Alibaba Group, raksasa perniagaan berbasis elektronik (e-commerce) yang bermarkas di Hangzhou, Provinsi Zhejiang.
Setahun kemudian perusahaan yang dirintis Jakc Ma (Ma Yun) itu mendaftarkan 11/11 dengan sebutan Double Eleven (shuang shi yi) sebagai merek dagang.
Pada Oktober 2014, Alibaba mengeluarkan peringatan gugatan terhadap media yang berani menerima iklan dari para pesaingnya yang menggunakan "shuang shi yi" untuk tujuan komersial.
11/11 sebagai ajang festival belanja terakbar di seluruh daratan Tiongkok sudah kadung populer sehingga tidak sedikit perusahaan lainnnya yang bergerak di perdagangan eceran, baik daring maupun luring, memanfaatkan momentum tersebut, meskipun tidak mencantumkan logo yang patennya sudah menjadi hak Alibaba itu.
Sejumlah pusat perbelanjaan di China menggeber diskon selama sehari itu yang kebetulan pada tahun ini jatuh pada hari Minggu.
Toko berskala kecil lainnya, terutama yang menjual pakaian dan makanan, juga ingin merasakan nikmatnya panen untung pada musim gugur menjelang musim dingin ini.
Shuang shi yi atau Double Eleven yang menjadi andalan platform penjualan daring Tmall yang dikelola Alibaba tersebut mendapatkan respons yang luar biasa dari masyarakat China.
Pada 11/11 2017, Alibaba mencatat rekor transaksi pembayaran tertinggi. Alipay sebagai aplikasi pembayaran untuk barang yang dijual melalui Alibaba pada saat itu memproses 256.000 kali transaksi per detik.
Selama 24 jam pada 11 November 2017 itu pula, transaksi lewat Alipay tercatat 1,48 miliar kali dengan penghantaran barang melalui Cainiao yang berafiliasi dengan Alibaba hampir mencapai 700 juta paket.
Nilai penjualan Alibaba melalui kedua platformnya, Tmall dan Taobao, Singles' Day 2017 telah menembus angka 25,4 miliar dolar AS.
Itu berarti melampaui angka penjualan dalam momentum yang sama pada 2013 (5,8 miliar dolar), 2014 (9,3 miliar dolar), 2015 (14,3 miliar dolar), dan 2016 (17,8 miliar dolar).
Bahkan Singles' Day 2017 nilai penjualannya juga melibas dua festival belanja besar di Amerika Serikat, yakni Black Friday dan Cyber Monday, yang masing-masing menghasilkan 5 miliar dolar AS dan 6,6 miliar dolar AS.
Terlambat
Singles' Day tahun ini di China tergolong istimewa dibandingkan ajang yang sama pada tahun-tahun sebelumnya.
Perayaan belanja didahului dengan Pameran Impor Internasional China (CIIE) yang merupakan perhelatan produk-produk impor terbesar yang diikuti sejumlah negara, termasuk Indonesia, di Shanghai pada 5-10 November 2018.
Dua atau tiga pekan sebelumnya juga digelar Canton Fair yang merupakan ajang tahunan pameran produk-produk dalam dan luar negeri China di Guangzhou, Provinsi Guangdong.
Belum lagi ajang-ajang pameran lainnya yang diikhtiarkan untuk memulihkan situasi perekonomian China yang terdampak kebijakan pengenaan tarif oleh AS.
Pada Singles' Day tahun ini Alibaba melibatkan produk-produk dari Indonesia. Mereka secara khusus menyediakan "flagship" Inamall di Tmall.
Untuk memudahkan masyarakat China mengenal produk-produk dari Indonesia yang bakal mempersengit perang rabat 24 jam di Tmall itu, Alibaba turuut mendirikan Paviliun Indonesia di Shanghai.
Anjungan yang berdiri di dekat pintu masuk Oriental Pearl Tower (OPT), ikon wisata internasional Kota Shanghai, memajang lima merek dari Indonesia.
Ya, hanya lima merek, Indomie (mi instan), Kapal Api (kopi), Nabati (biskuit), Papatonk (kerupuk udang), dan Yan Ty Ty (makanan dan minuman dari sarang burung walet), yang mendapatkan hak istimewa dari Alibaba.
Sampai-sampai Presiden Joko Widodo mengiklankan secara khusus kelima produk tersebut. Iklan dalam bahasa Indonesia yang diterjemahkan (subtitle) bahasa Mandarin itu diputar berulang-ulang di layar monitor Tmall di OPT selama pameran tersebut berlangsung pada 1-5 November 2018.
Tidak diketahui secara pasti kenapa hanya lima produk itu yang mendapatkan hak eksklusif? Padahal ada banyak produk dari Indonesia lainnya yang dipajang di lapak Tmall dan Tabao.
Hingga pukul 15.35 waktu China (14.35 WIB), jumlah pengikut atau "followers" Inamall baru tercatat 8.466.
Jumlah followers itu kayaknya tidak sebanding dengan nilai transaksi yang berhasil dibukukan Tmall dalam 2 menit 5 detik pertama sejak Singles' Day dibuka pada Minggu (11/11/2018) pukul 00.00 yang telah mencapai angka 10 miliar RMB atau Rp21,1 triliun jika 1 RMB diasumsikan sama dengan Rp2.110.
Padahal selain diiklankan secara khusus oleh Jokowi, berita mengenai rencana keikutsertaan kelima produk tersebut juga telah menghiasi sejumlah media massa sejak Jack Ma selaku CEO Alibaba mengumumkannya di sela-sela Pertemuan Tahunan IMF di Bali pada bulan September 2018.
Indonesia boleh dibilang terlambat dibandingkan dengan negara sesama anggota ASEAN lainnya dalam menapaki debutnya di ajang Singles' Day.
Kehadiran Indonesia di Tmall Global kalah dulu dibandingkan dengan Malaysia, Thailand, dan Singapura, di samping juga Jepang, Selandia Baru, Spanyol, dan AS, demikian keterangan tertulis Alibaba Group yang didapat Antara di Beijing, Jumat (2/11/2018).
Indonesia juga butuh kerja keras agar produk-produknya bisa diterima secara luas oleh masyarakat Tiongkok yang saat ini sedang terpengaruh situasi ketidakpastian global.
Sangat disayangkan kalau produk Indonesia yang memiliki karakter cita rasa tersendiri itu, seperti kopi dan sarang burung walet, hanya "numpang lewat" di ajang belanja terbesar di jagat ini.
Memang, festival belanja tahun ini tidak sesemarak tahun lalu. Apalagi besaran rabat yang diberikan juga tidak begitu fantastis.
"Kalau diskonnya 50 persen oke lah. Tapi kalau sekarang diskonnya cuma 50 (RMB) untuk harga barang seharga 400 (RMB), tidak usah menunggu Singles' Day pun pasti dapat," tutur mahasiswi asal Indonesia yang pada Singles' Day tahun lalu turut memborong berbagai produk itu.