Gorontalo,  (ANTARA GORONTALO) - Buah naga merah yang diproduksi oleh sejumlah petani di Desa Banuroja, Kecamatan Randangan, Kabupaten Pohuwato menjadi incaran para pedagang buah dari daerah tetangga seperti Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan.

Salah seorang petani buah naga, I Waya Surep, Kamis di Pohuwato, mengatakan tiga daerah tetangga tersebut juga memiliki areal perkebunan buah naga, namun tetap memasok dari Banuroja karena dianggap lebih manis.

"Di desa tetangga juga tanam buah ini, tapi rasanya berbeda. Produksi Banuroja kata mereka rasanya tetap paling manis, padahal tanah di desa ini paling gersang dibanding desa sekitar," ujarnya.

Surup sendiri memiliki kebun buah naga seluas satu hektare, yang ditanami bertahap sehingga ia bisa menikmati hasil panen sepanjang tahun.

Menurutnya produksi buah naga bisa mencapai 1,5 ton untuk setengah hektare, dengan harga jual Rp20 ribu/kilogram.

"Saya tidak mengirim ke luar daerah, pembeli sendiri yang datang ke Banuroja dan membawa pulang untuk dijual lagi," katanya.

Dengan teknik pemasaran seperti itu, ia mengaku bisnis buah naga lebih mudah dilakoni dan keuntungan yang diperoleh lebih besar karena tidak mengeluarkan biaya transportasi.

Ia menjelaskan beberapa petani di desa itu baru mulai membudidayakan buah naga sejak tiga tahun terakhir, setelah gagal membudidayakan sejumlah komoditas namun karena kondisi tanah yang tidak subur.

Selain itu, krisis air yang terjadi di desa tersebut membuat para petani memilih tanaman yang sesuai seperti jagung dan buah naga.

Warga Desa Banuroja nyaris tidak memiliki sawah, kecuali petani yang memiliki lahan dekat dengan sungai.

Banuroja merupakan wilayah transmigran yang datang dari Bali, Nusa Tenggara, Gorontalo dan Jawa. Penduduk desa ini memiliki keragaman etnis dan agama, namun hidup damai dan menggantungkan hidup dari bertani.

Pewarta: Debby Hariyanti Mano

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2016