Washington (ANTARA) - Pasukan Barat yang tengah menjalani misi evakuasi di Afghanistan bersiap menghadapi serangan berikutnya pada Sabtu setelah AS mengeklaim telah membunuh seorang "perencana" ISIS lewat serangan pesawat nirawak (drone).
Serangan AS itu dilakukan dua hari setelah afiliasi ISIS di Afghanistan mengaku bertanggung jawab atas ledakan bom di luar bandara Kabul.
Dari 92 korban tewas dalam ledakan bom bunuh itu, 13 di antaranya adalah tentara AS.
Peristiwa itu menjadi insiden paling mematikan bagi pasukan AS di Afghanistan dalam satu dekade terakhir.
"Indikasi awalnya adalah kami membunuh target. Kami tahu tak ada korban dari warga sipil," kata pihak militer AS tentang serangan drone itu dalam sebuah pernyataan.
Komando Pusat AS mengatakan serangan tersebut dilakukan di Nangarhar, provinsi sebelah timur Kabul yang berbatasan dengan Pakistan.
Tidak disebutkan apakah target serangan itu terlibat dalam ledakan bom di bandara.
Warga Jalalabad, ibu kota Nangarhar, mengatakan mereka mendengar sejumlah ledakan dari serangan udara pada Jumat (27/8) sekitar tengah malam.
Namun, belum jelas apakah suara ledakan itu berasal dari drone AS.
Gedung Putih mengatakan beberapa hari mendatang akan menjadi operasi evakuasi AS yang paling berbahaya.
Pentagon menyebut AS telah mengevakuasi 110.000 orang dari Afghanistan dalam dua minggu terakhir.
Juru bicara Pentagon John Kirby mengatakan AS yakin masih ada ancaman "spesifik dan kredibel" terhadap bandara Kabul setelah ledakan bom terjadi di salah satu gerbang bandara tersebut.
"Kami tentu siap dan memperkirakan berbagai upaya yang akan datang," kata Kirby kepada pers di Washington. "Kami tengah memantau ancaman ini, (yang) sangat, sangat spesifik, jelas secara terus menerus."
Akibat adanya ancaman keamanan, Kedutaan Besar AS di Kabul memperingatkan warga Amerika untuk menjauhi bandara dan mereka yang berada di gerbang-gerbang bandara diminta untuk segera meninggalkan tempat itu.
AS dan pasukan sekutunya sedang bergegas menyelesaikan evakuasi warga negara mereka dan warga Afghanistan yang rentan sebelum Selasa (31/8), tenggat yang ditentukan Presiden Joe Biden untuk menarik pasukan dari negara itu setelah dua dekade berperang dengan Taliban.
Sementara ribuan orang telah dievakuasi, jumlah mereka yang tak bisa meninggalkan Afghanistan jauh lebih banyak.
Kerumunan orang memenuhi kawasan di luar bandara untuk mencoba mendapatkan tempat dalam penerbangan evakuasi sejak Taliban mengambil alih Afghanistan pada 15 Agustus.
Pada Jumat, pasukan Taliban mencegah warga untuk mendekati bandara.
Biden sebelumnya mengatakan dia telah memerintahkan Pentagon untuk merencanakan serangan terhadap ISIS-K, afiliasi ISIS di Afghanistan yang mengaku bertanggung jawab atas pengeboman pada Kamis (26/8).
Huruf "K" pada nama ISIS-K merujuk pada "Khorasan", nama lama wilayah itu.
Mereka muncul di Afghanistan timur pada 2014 dan merambah ke wilayah-wilayah lain, utamanya di utara.
Kelompok tersebut merupakan salah satu musuh Taliban, juga pasukan Barat.
Pentagon mengatakan ledakan di gerbang bandara pada Kamis dilakukan seorang pengebom bunuh diri, bukan dua seperti yang dinyatakan sebelumnya.
Serangan di Jalalabad
Seorang pejabat AS mengatakan serangan pesawat nirawak dilakukan terhadap seorang militan ISIS yang merencanakan aksi teror.
Drone yang diterbangkan dari Timur Tengah itu menyerang kelompok militan tersebut bersama seorang anggota ISIS lainnya saat mereka berada dalam sebuah mobil.
Kedua orang itu diyakini telah tewas, kata pejabat tersebut.
Di Jalalabad, tetua komunitas Malik Adib mengatakan tiga orang tewas dan empat lainnya terluka dalam serangan drone semalam.
Dia mengaku telah dipanggil oleh Taliban yang sedang menyelidiki insiden itu.
"Perempuan dan anak-anak ada di antara para korban," kata Adib yang mengaku tidak memiliki informasi tentang identitas mereka.
Seorang komandan senior Taliban mengatakan beberapa anggota ISIS-K telah ditangkap karena terlibat dalam serangan di Kabul.
"Mereka sedang diinterogasi oleh tim intelijen kami," kata dia.
Jumlah warga Afghanistan yang tewas dalam serangan bom di bandara bertambah menjadi 79 orang, sementara yang terluka mencapai 120 orang, kata seorang pejabat rumah sakit pada Jumat.
Sejumlah media melaporkan korban tewas mencapai 170 orang.
Serangan tersebut menegaskan kondisi politik sebenarnya yang dihadapi Barat.
Bekerja dengan Taliban, yang selama ini mereka perangi, mungkin memberikan peluang terbaik bagi mereka untuk mencegah Afghanistan menjadi ladang yang subur bagi kelompok bersenjata.
AS memperkirakan keterlibatan dengan Taliban akan diperlukan setelah penarikan pasukan agar evakuasi selanjutnya dapat dilakukan, kata Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki.
"Kenyataannya, Taliban mengendalikan sebagian besar Afghanistan," kata dia.
Sumber: Reuters