Gorontalo (ANTARA) - Pembangunan bendungan Bolango Ulu masuk dalam Rencana Tindak Darurat (RTD) menyusul telah dilakukannya penandatanganan kesepakatan oleh Penjabat Gubernur Gorontalo Rudy Salahuddin dengan Kepala Balai Wilayah Sungai Sulawesi II Gorontalo Parlinggoman Simanungkalit.
Penandatanganan tersebut, kata Rudy, dilaksanakan melalui rapat Konsultasi Publik Bolango Ulu bertempat di Kota Gorontalo, Rabu.
Ia mengatakan, bendungan merupakan salah satu infrastruktur sumber daya air yang memiliki peran penting dalam pengelolaan dan penyediaan air sebagai pengendali banjir, penyedia air baku, sumber air irigasi, dan penghasil energi listrik.
"Meskipun memiliki berbagai manfaat, bendungan juga dapat menimbulkan risiko terutama jika terjadi keruntuhan atau jebol," katanya.
Oleh karena itu sebagai langkah antisipasi terhadap potensi keadaan darurat terkait pengelolaan bendungan maka disusun-lah RTD bendungan.
"RTD berisi petunjuk keselamatan bendungan dan masyarakat di hilir bendungan. Kita tidak menghendaki adanya bencana, tapi kita harus sudah bersiap, kata Rudy.
Ia mencontohkan kejadian runtuhnya bendungan Situ Gintung di Tangerang pada Tahun 2009.
Keruntuhan bendungan tersebut mengakibatkan banjir besar yang menelan korban jiwa sebanyak 100 orang dan merusak ratusan rumah.
Insiden ini menunjukkan betapa pentingnya RTD yang efektif untuk mencegah kerugian besar baik dalam hal nyawa manusia maupun harta benda.
"Saya berharap melalui pertemuan ini kita semua dapat memahami secara mendalam pentingnya RTD dan berkomitmen untuk melaksanakannya dengan baik," katanya.
Semoga dengan adanya rencana ini kita dapat menjaga keamanan dan keselamatan masyarakat serta memaksimalkan manfaat dari bendungan Bolango Ulu ini untuk kesejahteraan bersama, katanya.
Konsultasi publik turut dihadiri Penjabat Sekda Kota Gorontalo, konsultan bendungan Bolango Ulu, Kepala SNVT Pembangunan Bendungan BWS Sulawesi II, BPBD provinsi dan kabupaten kota, serta pemerhati dan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait.