Gorontalo (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Provinsi Gorontalo mengalami inflasi bulanan sebesar 2,88 persen pada bulan Maret 2025 dibandingkan Februari 2025.
Kepala BPS Provinsi Gorontalo Mukhamad Mukhanif di Gorontalo, Selasa mengatakan bahwa Provinsi Gorontalo mengalami inflasi yang sangat tinggi.
"Untuk kondisi inflasi pada bulan Maret di Provinsi Gorontalo, month to month 2,88 ini termasuk tinggi, bahkan tertinggi di Indonesia," ucap Mukhanif.
Mukhanif mengatakan secara tahunan (y-on-y), inflasi di Provinsi Gorontalo tercatat sebesar 1,76 persen.
"Ini juga cukup tinggi. Artinya harus kita cermati, apa sih yang secara tahunan naik, dan apa yang secara bulanan naik," ucap Mukhanif.
Ia mengatakan penyumbang utama inflasi bulanan berasal dari kenaikan tarif listrik yang kembali ke harga normal.
"Tarif listrik menjadikan kontributor tertinggi selain yang komoditas lain itu cabai rawit, kemudian ikan oci, bawang merah, kemudian juga ikan layang dan beberapa komoditas lain," ucap Mukhanif.
Mukhanif menjelaskan bahwa inflasi kali ini bisa dipicu oleh tingginya permintaan karena momentum hari raya, serta faktor stok.
"Misalnya beras kenapa beras turun, ini salah satu faktornya saja itu karena stok yang masih banyak karena puncak panen kita Gorontalo itu di Februari dan Maret jadi beras masih banyak sehingga harga turun," ucap Mukhanif
Ia mengatakan dampak inflasi juga dirasakan oleh petani meskipun harga-harga naik, petani merasa diuntungkan karena nilai tukar petani juga meningkat. Namun, ia menekankan perlunya menjaga agar harga tidak terlalu tinggi, agar tidak menekan daya beli masyarakat lainnya.
“Nilai tukar petani naik, kali ini sejalan dengan kenaikan inflasi. Misalnya cabai rawit, bawang dan tomat itu lagi naik. Petani yang menanam komoditas ini juga mengalami kenaikan penerimaan," kata Mukhanif.