Gorontalo (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jika pendapatan petani di Provinsi Gorontalo lebih besar dari pada pengeluaran, sesuai dengan nilai tukar petani (NTP) pada bulan Februari 2025.
"Berdasarkan hasil pemantauan harga di pedesaan di Provinsi Gorontalo pada Februari 2025, NTP mengalami kenaikan sebesar 1,01 persen dibandingkan NTP Januari 2025, yaitu dari 111,45 menjadi 112,58," ucap Kepala BPS Provinsi Gorontalo Mukhamad Mukhanif di Gorontalo, Jumat.
Ia menjelaskan, Kenaikan NTP pada Februari 2025 disebabkan oleh naiknya indeks harga hasil produksi pertanian yang lebih tinggi dari kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga.
Kenaikan NTP Februari 2025 terjadi pada tiga subsektor pertanian, yaitu subsektor tanaman pangan sebesar 2,03 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 4,27 persen, subsektor peternakan sebesar 0,57 persen, dan subsektor perikanan sebesar 2,93 persen.
"Sementara itu, subsektor hortikultura mengalami penurunan indeks sebesar 7,19 persen," kata dia.
Pada Februari 2025, Indeks harga yang diterima petani (It) naik sebesar 0,85 persen dibanding It Januari 2025, yaitu dari 133,02 menjadi 134,15.
Kenaikan It Februari 2025 disebabkan oleh naiknya It pada beberapa subsektor pertanian, yaitu subsektor tanaman pangan sebesar 1,86 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 4,04 persen.
Serta subsektor peternakan sebesar 0,36 persen, dan subsektor perikanan sebesar 2,81 persen. Sementara penurunan It terjadi pada subsektor tanaman hortikultura sebesar 7,16 persen,
"Nilai Tukar Petani adalah perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib)," ujar dia.
NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.