Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Taruna Ikrar mengatakan pihaknya berkomitmen menyukseskan program eliminasi tuberkulosis (TB) nasional melalui tiga inisiatif, yakni memastikan ketersediaan antibiotik, membantu terkait penemuan vaksin baru, serta pemenuhan gizi melalui pengawasan.
"Badan Pengawas Obat dan Makanan mendukung maksimal program pemerintah ini, bagaimana mengurangi angka keterjangkitan penyakit tuberkulosis, karena ini bermanifestasi pada tumbuh kembang dari masyarakat kita ke depan," kata Taruna ketika ditemui di Jakarta, Senin.
Taruna menyebutkan bahwa TB dapat bermanifestasi menjadi berbagai hal, seperti TB paru-paru, TB tulang, dan sebagainya. Selain itu, ada sebagian TB yang masih dorman atau tidak aktif. Pada era 1970-an, Indonesia menjadi negara dengan penderita TB terbanyak di dunia.
"Dulu ada vaksinasi berupa BCG (Bacille Calmette-Guérin). BCG itu untuk bakteri yang dilemahkan, selanjutnya bisa menjadi kuat. Nah, ternyata ada perubahan yang sangat signifikan. Kita punya obat, ada 50 persen yang mengalami resistensi, atau ini bagian dari resistensi antimikroba," ujarnya.
Dia menilai untuk mengatasi masalah TB nasional, butuh dua hal, yakni obat baru dan juga model vaksin baru.
"Nah sekarang ada beberapa jenis obat yang diharapkan bisa lebih baik dari drug of choice sebelumnya. Tapi, kan efikasinya masih perlu kita uji," katanya.
Terkait vaksin, Taruna menyebutkan bahwa puluhan tahun yang lalu, vaksin dibuat dengan metode vaksin sel utuh (whole virus), dimana virus yang dilemahkan digunakan untuk memicu respons tubuh guna membangun sistem imun.
"Tapi, dengan perkembangan modern, dengan metode mRNA, kita sudah ciptakan. Contohnya, pada saat COVID kemarin. Nah tentu dalam konteks untuk melawan bakteri TB atau tuberculosis ini bisa dilakukan, itu dengan metode apakah mRNA atau DNA atau metode dendritic vaccine dan sebagainya," katanya.
Taruna juga menyoroti pentingnya membangun sistem imun melalui asupan gizi yang baik. Masalah gizi seperti malnutrisi, katanya, dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh, sehingga membuat seseorang rentan terkena TB.
Saat ini, katanya, ada sekitar 80 persen anak Indonesia yang gizinya bermasalah, yakni 21,6 persen stunting, 40 persen kekurangan mikronutrisi seperti zat besi, dan 20 persen kelebihan nutrisi.
Menurutnya, masalah-masalah kesehatan tersebut juga berisiko membangunkan bakteri penyebab TB yang awalnya dorman.
Adapun BPOM membantu Badan Gizi Nasional (BGN) memastikan bahwa asupan nutrisi yang dibutuhkan guna membangun sistem imun tubuh dapat dipenuhi, melalui program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BPOM gencarkan tiga inisiatif dukung eliminasi TB nasional