Jakarta (ANTARA) - Pakar Otomotif ITB Yannes Martinus Pasaribu memberikan beberapa saran strategis kepada pelaku industri otomotif Tanah Air, dalam menghadapi kebijakan tarif resiprokal 32 persen yang diterapkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap produk komponen otomotif Indonesia.
“Bagi industri otomotif, lakukan langkah strategis seperti diversifikasi pasar ekspor secara agresif ke kawasan ASEAN, Timur Tengah, dan Afrika serta berbagai negara yang terganggu oleh kebijakan Trump tersebut,” kata dia saat dihubungi ANTARA dari Jakarta, Rabu.
Yannes menyebut, pasar-pasar seperti kawasan ASEAN, Timur Tengah, dan Afrika serta berbagai negara yang terganggu oleh kebijakan Trump dapat menawarkan peluang besar bagi industri otomotif Indonesia untuk tetap tumbuh di tengah tantangan global.
“Di sini, peningkatan kualitas produk, inovasi desain, dan efisiensi biaya produksi menjadi kuncinya,” ujar Yannes.
Untuk memenangkan persaingan di pasar internasional, peningkatan kualitas produk, inovasi desain, dan efisiensi biaya produksi menjadi kunci utama.
Pelaku industri otomotif Indonesia harus berfokus pada pengembangan produk yang lebih unggul, agar dapat bersaing dengan produk dari negara lain yang juga menghadapi kebijakan serupa.
“Peluang dalam pengembangan komponen EV (Electric Vehicle) dan HEV (Hybrid Electric Vehicle) harus dimanfaatkan untuk memasuki rantai pasok global berbagai negara yang terganggu oleh kebijakan Trump,” imbuh Yannes.
Trump akhirnya memberlakukan pengenaan tarif dasar 10 persen untuk semua produk impor ke AS dan bea masuk yang lebih tinggi untuk belasan mitra dagang terbesar di negara tersebut.
Vietnam mendapat tarif timbal balik resiprokal tertinggi 46 persen, Thailand 37 persen, China 34 persen, sementara Indonesia 32 persen.
Di sisi lain, Indonesia yang mendapat tarif lebih rendah dibandingkan negara pesaing juga merupakan peluang emas.
Yannes mengatakan Indonesia perlu memanfaatkan keunggulan kompetitif ini secara maksimal untuk memperkuat posisinya di pasar global, khususnya pasar AS.
Mengingat tren global yang semakin beralih ke kendaraan ramah lingkungan, Indonesia perlu memasuki rantai pasok global di sektor ini.
“Kolaborasi yang erat antara pemerintah, pelaku industri, dan lembaga riset menjadi kunci untuk mengatasi tantangan ini dan berpotensi untuk memperkuat daya saing industri otomotif kita di kancah internasional,” Yannes menambahkan.
Dengan langkah-langkah strategis ini, industri otomotif Indonesia memiliki potensi untuk tidak hanya mengatasi dampak kebijakan tarif AS, tetapi juga memperkuat posisinya di kancah internasional dan mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Soal tarif impor AS, industri otomotif RI mesti tingkatkan daya saing