Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad
Qodari menilai, pernyataan Panglima TNI Gatot Nurmantyo bahwa seratus
persen berada di belakang Presiden Joko Widodo semakin menegaskan
loyalitas TNI kepada Presiden Jokowi.
"Pernyataan tegas Panglima TNI di depan beberapa pimpinan negara dan
ribuan prajurit TNI sekaligus menampik asumsi lawan politik Jokowi yang
menilai Gatot Nurmantyo tengah menyiapkan diri menjadi lawan politik
Jokowi pada 2019," kata Direktur Eksekutif Indo Barometer M qodari di
Jakarta, Rabu.
Pernyataan Panglima TNI Gatot Nurmantyo itu disampaikan pada acara
buka puasa bersama di Markas Besar TNI, Jakarta Timur, 19 Juni 2017.
Qodari mengatakan langkah Gatot Nurmantyo yang mendekati umat Islam
belakangan ini sangat tepat pada saat umat Islam sedang mencari idola.
"Karena itu, daripada ruang kosong umat Islam yang mencari idola ini
mengerucut kepada Panglima Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq
Shihab, lebih baik Panglima TNI yang menjadi idola umat Islam, yang
komitmennya pada NKRI tidak perlu diragukan lagi," kata Qodari.
Selain itu, lanjut Qodari, selama ini Gatot Nurmantyo selalu tampil
di depan pada saat terjadi peristiwa krusial secara politik maupun
sosial sehingga memang pilihan Jokowi terhadap Gatot Nurmantyo sebagai
Panglima TNI bukanlah pilihan yang salah. Apalagi, akan membangkang
terhadap Presiden Jokowi.
"Padahal kalau kita lihat ke belakang, seharusnya estafet
kepemimpinan TNI sekarang ini, jika mengikuti pola pemerintahan Susilo
Bambang Yudhoyono, bukanlah dari Angkatan Darat (AD) melainkan dari
Angkatan Udara," katanya.
Dalam acara buka puasa bersama yang dihadiri Presiden Joko Widodo,
Wakil Presiden Jusuf Kalla, Ketua MPR Zulkifli Hasan, Ketua DPD Oesman
Sapto Odang (OSO), Ketua MA Hatta Ali, Kapolri Tito Karnavian, dan
ribuan prajurit TNI, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo meyakinkan
Presiden Joko Widodo bahwa seluruh pasukan TNI berada di belakangnya.
TNI berada dalam sistem garis komando yang jarang melakukan tindakan pembangkangan.
Gatot menjelaskan, garis komando tertinggi di TNI berada di tangan
presiden. Garis itu kemudian diteruskan ke Panglima TNI. Dari panglima
kemudian diteruskan lagi ke bawah seperti para kepala staf, panglima
Kodam, hingga lapisan paling bawah.
"TNI berbeda dengan organisasi lain, TNI mengutamakan kesatuan garis
komando. Di sini yang diutamakan kesatuan komando karena TNI dilengkapi
dengan persenjataan dan alutsista yang sangat mematikan. Kesatuan garis
komando ini yang harus dipegang teguh," kata Gatot dalam acara buka
bersama di Markas Besar (Mabes) TNI, Jakarta Timur, Senin (19/6).
Qodari: pernyataan Gatot tegaskan loyalitas TNI
Rabu, 21 Juni 2017 16:55 WIB