Denpasar (ANTARA GORONTALO) - Praktisi kesehatan, yang juga spesialis
obstetri dan ginekologi dr I Made Oka Widiabdi Husada SpOG mengatakan
gejala akan muncul pada penderita kanker serviks setelah memasuki
stadium lanjut.
"Sama dengan kanker pada umumnya, pada fase awal kanker serviks
itu tidak bergejala, namun begitu sudah stadium lanjut baru kelihatan
gejalanya," kata dr Oka saat menjadi pembicara Seminar Kesehatan
Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker Prostat dan Kanker Serviks, di
Denpasar, Sabtu malam.
Pada seminar yang diadakan di GBI Rock Lembah Pujian Denpasar itu,
ia mengemukakan gejala paling dini yang bisa dilihat adalah timbulnya
keputihan, namun tidak sembuh-sembuh, meskipun sudah mendapatkan
pengobatan.
Pada stadium lanjut, ujar dia, penderita kanker serviks saat
berhubungan intim akan mengeluarkan darah. "Pada stadium yang lebih
tinggi, meskipun tidak melakukan apa-apa, akan berdarah dengan
sendirinya karena saking rapuhnya kondisi mulut rahim," ucapnya.
"Di Indonesia, kanker serviks menjadi penyebab kematian nomor dua
terbesar bagi wanita dan diperkirakan setiap satu jam ada wanita yang
meninggal karena kanker ini," kata dr Oka.
Menurut dia, cukup miris jika melihat tingginya jumlah kasus
penderita kanker serviks (kanker mulut rahim) itu, padahal sesungguhnya
dapat dicegah.
"Angkanya masih tinggi karena kesadaran masyarakat kita yang
kurang. Ada yang masih malu untuk memeriksa, ada yang menganggap jika
periksa nanti ketahuan penyakitnya. Padahal sekarang metode pencegahan
melalui vaksinasi dan pemeriksaan sudah banyak," ujarnya.
Dokter yang bertugas di RS Bali Med dan RS Surya Husadha itu
mengatakan, jika saja kanker serviks diketahui di bawah stadium satu
akan bisa disembuhkan 100 persen.
Pencegahannya dapat melalui pemberian vaksinasi HPV dan juga
pemeriksaan papsmear. Vaksinasi itu akan sangat efektif jika diberikan
pada kaum perempuan yang belum melakukan hubungan seksual atau target
efektif itu sekitar usia 10-25 tahun.
"Yang bisa terkena adalah wanita yang sudah aktif secara seksual
dan selama ini kasusnya belum pernah ditemukan pada wanita yang belum
aktif secara seksual," ucap dr Oka.
Sementara itu, Dr dr Gede Wirya Kusuma Duarsa, MKes SpU
menyampaikan materi pencegahan dan deteksi dini kanker prostat. Faktor
risiko penderita kanker ini dari sisi keturunan, ras, diet, pola makan
dan sebagainya.
"Di Indonesia, 58 persen pasien datang memeriksakan diri setelah
stadium lanjut, karena tanpa gejala. Jika pun ada gejala, seperti
pembesaran prostat biasa yakni tidak tuntas buang air kecil atau
anyang-anyangan, dan bolak-balik buang air kecil ketika malam hari,"
katanya.
Untuk pencegahannya, lanjut dr Wirya, adalah dengan melakukan
deteksi dini. Biasanya pada pasien dengan riwayat keluarganya ada
menderita kanker serviks, sebaiknya "screening" dilakukan mulai usia 40
tahun.
Ketua Panitia Seminar PDP Lukas Bundi menambahkan, dengan
pelaksanaan seminar kesehatan tersebut diharapkan dapat menambah wawasan
dari para jemaat gereja dan nantinya akan meningkatkan derajat
kesehatannya.
"Kami memang rutin melaksanakan seminar kesehatan dengan mengambil
berbagai tema. Paling sedikitnya dua kali dalam setahun, di samping kami
juga kerap menggelar kegiatan donor darah," ujar Lukas Bundi.
Hati-hati, gejala kanker serviks baru muncul setelah stadium lanjut
Minggu, 1 Oktober 2017 14:42 WIB