Gorontalo, (Antaranews Gorontalo) - Kepala Program Wetlands International Indonesia, Yus Rusila Noor mengatakan pihaknya mendorong pengembangan lahan basah di perkotaan.
"Beberapa kota besar di Indonesia sedang mengalami permasalahan yang diakibatkan oleh semakin menyusutnya fungsi alami lahan basah diantaranya adalah banjir rob yang semakin sering terjadi, serta menurunnya permukaan tanah (subsiden) akibat pemanfaatan air tanah yang berlebihan," jelasnya, Jumat.
Ia mencontohkan beberapa kota di Pantai Utara Jawa telah kehilangan lahan bakau atau mangrove, akibat dikonversi menjadi lahan budidaya perairan di wilayah pesisirnya yang kemudian memacu terjadinya abrasi pesisir.
Setiap tanggal 2 Februari diperingati sebagai hari lahan basah sedunia dan untuk tahun 2018 perayaan hari lahan basah sedunia mengambil tema ?Wetlands for a sustainable urban future? atau lahan basah untuk masa depan perkotaan yang berkelanjutan.
Tema perayaan tahun ini, kata dia, sangat relevan dengan perkembangan lahan basah perkotaan di Indonesia.
Pimpinan kegiatan konsorsium Building with Nature, Apri Susanto menjelaskan pemerintah Indonesia sebenarnya sudah bekerja keras untuk mengatasi bencana ekologis akibat menyusutnya fungsi lahan basah pesisir.
Menurutnya saat ini sedang dilakukan pemasangan bangunan pemerangkap lumpur yang memanfaatkan mekanisme alam di wilayah pesisir kabupaten Demak.
Kegiatan yang antara lain didukung oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tersebut, bertujuan untuk menciptakan kondisi pesisir yang memadai agar dapat ditumbuhi oleh tegakan mangrove secara alami.
Jika berjalan dengan baik, lahan basah sebenarnya dapat menjalankan fungsinya sebagai pengurang risiko banjir dan penyaring limbah.
Selain itu, lahan basah juga berperan untuk meningkatkan kualitas air dan udara, menjaga ketersediaan air bersih, serta menyediakan tempat yang lebih layak bagi manusia untuk hidup dan memperoleh penghidupan.