Surabaya (Antaranews Gorontalo) - Enterpreneurship atau kewirausahaan di Indonesia bisa dikatakan masih terbelakang dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia karena salah satunya disebabkan oleh faktor culture atau budaya.
Peryataan tersebut disampaikan Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia M. Arsyad dalam acara simposium internasional Startup Nations Summit 2018 yang digelar di Kota Surabaya, Jatim pada 15-17 November 2018.
Sebagai gambaran, Indonesia diprediksi mendapatkan bonus demografi pada tahun 2020-2030. Bonus demografi adalah jumlah angkatan kerja dengan usia 15-64 tahun mencapai 70 persen. Sedangkan, 30 persen penduduknya berusia tidak produktif, yaitu usia 14 tahun ke atas dan di bawah 65 tahun.
Setiap negara membutuhkan sekitar dua persen wirausaha dari jumlah penduduknya agar perekonomiannya dapat stabil dan maju. Meski populasi wirausaha di Indonesia sudah mencapai 31,1 persen pada akhir 2017, namun Indonesia masih kalah dengan negara di Asia lainnya seperti Singapura sebanyak 7 persen, Malaysia 5 persen, dan Thailand 4,5 persen dan Vietnam 3,3 persen.
Salah satu cara untuk meningkatkan rasio wirausaha di Indonesia adalah menumbuhkan startup atau perusahaan rintisan atau perusahaan yang baru didirikan yang masih berada dalam fase pengembangan dan penelitian untuk menemukan pasar yang tepat.
Tentunya yang perlu dilakukan pemerintah adalah memberikan wadah bagi para pelaku startup dari berbagai bidang agar bisa terus eksis dan mengembankan usaha yang dirintisnya tersebut.
Salah satu langkah berani yang diambil Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini adalah menjadikan Kota Surabaya sebagai tempat digelarnya simposium internasional Startup Nations Summit yang digelar mulai 14-18 November 2018. Acara tersebut dihadiri delegasi pelaku startup dari 170 negara.
Ada tiga kegiatan besar yang digelar secara bersamaam di acara tersebut yakni Innocreativation pada 14-15 November 2018, Bekraf Festival 2018 pada 14-17 November 2018, Startup Nations Summit (SNS) Surabaya pada 16-17 November 2018.
M. Arsyad mengapresiasi Wali Kota Tri Rismaharini yang telah menjadikan Kota Surabaya sebagai tuan rumah pelaksanan Startup Nation Summit 2018. Menurutnya, apa yang dilakukan wali kota Surabaya ini merupakan langkah cepat dan hebat mendorong anak-anak muda menjadi wirausahawan.
Semengtara itu, Tri Rismaharini mengaku sengaja membuat kegiatan besar ini karena Surabaya sudah mulai memasuki era baru pertumbuhan startup, sebuah era dimana belajar mandiri telah dimulai, dan menjadi entrepreneurship serta pelaku industri kreatif merupakan pilihan yang tepat.
"Saya mati-matian berjuang menjadi tuan rumah ini demi mengubah pola pikir anak-anak muda Surabaya agar mau dan berani untuk memulai sesuatu. Tidak hanya mencari pekerjaan," ujar Risma saat membuka acara Startup Nations Summit.
Menurut Risma, anak-anak muda tidak perlu mencari pekerjaan atau menunggu ada lowongan, melainkan harus kreatif dan bisa membuka lapangan kerjanya sendiri. Ia menyebut 40 persen penduduk Surabaya berusia muda.
Ia memastikan acara tersebut akan menjadi peluang besar bagi anak muda Surabaya. Hal ini disebabkan karena acara tersebut dihadiri pelaku startup dari 170 negara dan juga mengundang pembicara dari dalam maupun luar negeri seperti dari New York Smart City, Fukuoka Jepang, Liverpool, dan beberapa pembicara lainnya termasuk tim Kuba.
Pada kesempatan itu, Risma juga memaparkan penerapan konsep Smart City atau kota cerdas/pintar saat menjadi pembicara Startup Nation Summit 2018.
Penerapan smart city di Surabaya terbagi menjadi enam bagian yaitu smart economy (ekonomi pintar), smart mobility (mobilitas cerdas), smart environment (lingkungan cerdas), smart people (orang pintar), smart living (hidup cerdas), smart governance (pemerintahan cerdas). Enam poin ini menurut Risma yang menjadi parameter untuk mengembangkan smart city di Kota Surabaya.
Dalam paparannya, Wali kota perempuan pertama di Surabaya ini menjelaskan banyak hal terkait keenam parameter yang pada akhirnya mampu membuat pemerintah membangun kota serta masyarakatnya meski dengan biaya yang terbatas.
Selain itu, Pemerintah Kota Surabaya terus mendorong masyarakatnya dengan berbagai program dan kebijakan agar mau mengubah pola pikir menjadi wirausaha.
Pada 2010, Pemkot Surabaya telah membuat sebuah program startup berupa Pahlawan Ekonomi yang banyak membantu perbaikan ekonomi masyarakat Surabaya.
Banyak warga Surabaya yang berkenan diajak untuk berwirausaha. Hal itu terlihat dari banyaknya peserta Pahlawan Ekonomi dan Pejuang Muda yang rutin digelar setiap pekannya.
Pada awalnya Pahlawan Ekonomi hanya sebatas 89 kelompok, namun saat ini sudah berkembang pesat mencapai 9.500 lebih kelompok yang tumbuh di Surabaya.
Sementara itu, dua pelaku startup mancanegara yakni Ketua Stratup Nova Liverpool, Professor Paul Morrissey dan pelaku Startup Fukuoka Jepang, Mumu Makinose berbagi pengalaman di acara Startup Nation Summit 2018.
Professor Paul Morrissey berbagi pengalamannya membangun smart city di Liverpool. Awalnya, ia mengajak anak-anak muda untuk menerapkan beberapa program dalam membangun sebuah kota di Liverpool. Menurut Paul hal ini penting dilakukan karena semua warga harus saling berkolaboasi satu sama lain untuk mendukung dan membangun suatu negara.
Terkait start up, Paul mengingatkan kepada anak-anak muda agar tidak terlalu fokus dalam hal inovasi, melainkan, harus memahami produk yang sedang dibutuhkan masyarakat sehingga laku di pasaran. "Harus jeli melihat apa yang sedang dibutuhkan masyarakat," katanya.
Sementara itu, Mumu Makinose berbagi pengalaman terkait upaya membangun startup di Kota Fukuoka yang dari tahun ke tahun meningkat hingga menjadi yang terbaik di negara Jepang. Adapun cara yang dilakukan Mumu adalah mempengaruhi anak-anak muda mencari informasi tentang startup sebanyak-banyaknya dan kemudian dipelajarinya.
Selain itu, lanjut dia, peran pemerintah juga penting untuk menjalin kerja sama minimal dengan 10 negara yang sudah menerapkan startup untuk pengembangan ruang dan data awal. Mumu mengaku juga membuat Global Start Up Center yang berisi data permulaan di Fukuoka dan menyebarkannya ke seluruh dunia.
GEN Indonesia Diresmikan
Presiden Global Entrepreneurship Network (GEN) Jonathan Ortmans mengatakan saat ini kancah bisnis global harus diisi oleh anak-anak muda. Startup Nations Summit adalah salah satu wadah yang memfasilitasi hal itu.
Menurutnya, saat ini, semangat entrepreneur sangat penting agar kesempatan dan peluang bisa seluruhnya terbuka. Hal itu akan dapat terwujud dengan baik apabila dapat dukungan dari pemerintah.
Untuk itu, di Start Up Nations Summit yang dihadiri delegasi dari beberapa negara ini siap untuk bersama-sama membangun semangat entrepreneur. Kelompok entrepreneur Surabaya bisa terhubung dengan lainnya dari seluruh dunia.
Sebagai bentuk kepercayaan terhadap perkembangan startup di Surabaya, Jonathan Ortmans juga meresmikan GEN Indonesia di acara simposium internasional Startup Nation Summit 2018.
Menurut dia, peluncuran tersebut menjadi pembuka akses awal Surabaya untuk menjadi salah satu kota enterpreneur di Asia. GEN Global merupakan organisasi non profit yang tidak hanya berbasis pada negara-negara besar tertentu saja, melainkan negara berkembang lainnya.
GEN Indonesia diharapkan akan menjadi salah satu bagian dari GEN Global, untuk membantu melihat bagaimana perkembangan ekonomi dan sistem yang relevan di Indonesia.
Selain itu, GEN Indonesia nantinya akan membangun sebuah jaringan yang lebih baik dan membantu mendorong lebih banyak enterpreneur muda di Indonesia.
Alasan dipilihnya Kota Surabaya sebagai tuan rumah Startup Nation Summit 2018 sekaligus tempat dilaunchingnya GEN Indonesia, sebab ia melihat perkembangan entrepreneur muda di Surabaya yang terus bermunculan.
Selain itu, kata dia, dibalik keberhasilan tersebut, adanya sosok wali kota yang terus mendukung masyarakatnya dengan berbagai kebijakan dan program yang telah dibuat. Hal itu menjadi alasan Kota Surabaya menjadi kota entrepreneurship di Indonesia bahkan di Asia.
"Ibu Risma memiliki kharisma sebagai leadership yang luar biasa. Kalian semua sangat beruntung memiliki pemimpin seperti ini, sangat sedikit di dunia," katanya.
Kerja Sama Bekraf
Simposium internasional Startup Nation Summit 2018 yang digelar di Surabaya tersebut juga menghasilkan kerja sama antara Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (Bekraf) dan Pemerintah Kota Surabaya dalam upaya mengembangkan ekonomi kreatif di Kota Pahlawan.
Kepala Bekraf Indonesia Triawan Munaf mengatakan Bekfest merupakan festival kinerja atau ajang bagi Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) untuk menyampaikan hasil capaian kinerjanya kepada masyarakat luas dalam membentuk ekosistem ekonomi kreatif (ekraf) nasional.
Lebih lanjut, Triawan mengatakan Bekfest juga sebagai bentuk dukungan dan apresiasi kepada pelaku ekraf yang telah ikut berkontribusi terhadap kemajuan Bekraf Indonesia serta meningkatkan awareness masyarakat terhadap potensi Bekraf yang dimiliki.
Triawan mengatakan kehadiran ekonomi kreatif dinilai memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional yang mampu menyumbang Pendapatan Dometik Bruto (PDB) hingga Rp922 triliun pada 2016.
Angka ini diprediksi terus naik setiap tahunnya sekitar 10 persen sehingga pada 2017 diprediksi mencapai lebih dari Rp1.000 triliun. Salah satunya melalui ruang kreasi semacam film, musik, fashion dan kuliner.
Dengan diselenggarakannya Bekraf Festival di Surabaya, Triawan berharap masyarakat dapat lebih paham dan peduli terhadap perkembangan ekonomi kreatif di daerahnya dan terus konsisten dalam berkontribusi memajukan ekonomi kreatif di Indonesia.
Selain itu, penyelenggaraan Bekfest 2018 membawa dampak positif bagi ekosistem ekonomi kreatif di Indonesia, akademisi, sektor bisnis, pemangku kepentingan ekonomi kreatif dan masyarakat luas bahkan menyentuh level pelajar dan mahasiswa.
Dengan digelarnya Startup Nations Summit 2018 di Surabaya ini akan menjadi tantangan baru di kalangan anak-anak muda untuk menjadi wirausahawan muda. Jika itu berhasil akan menambah rasio wirausahawan di Indonesia dan tentunya targetnya bisa sejajar dengan negara-negara tetangga di Asia Tenggara.
Tentunya hal itu perlu mendapat dukungan dari semua pihak baik pemerintah maupun lembaga-lembaga ekonomi lainnya.*