Gorontalo, (Antaranews Gorontalo) - Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah pusat, perwakilan di daerah, hingga pemerintah setempat untuk memulihkan Daerah Aliran Sungai (DAS) di Provinsi Gorontalo.
Hal tersebut harus terus dilakukan mengingat ratusan DAS yang ada di Provinsi Gorontalo telah mengalami kerusakan.
Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) dan Hutan Lindung (HL) Bone Bolango M. Tahir bahkan secara gamblang menyebutkan jika ratusan DAS yang ada di daerah itu kini dalam kondisi rusak.
"Kita melihat kondisi sekarang, kurang lebih 219 DAS yang ada di Provinsi Gorontalo sudah ada 127 DAS yang mengalami kerusakan dan yang dipertahankan hanya 25 DAS saja," ujarnya.
Ia pun meminta berbagai pihak untuk ikut aktif bersama dalam pemulihan 127 DAS melalui Gerakan Pemulihan DAS yang dirangkai dengan Hari Menanam Pohon dan Bulan Menanam Pohon Nasional pada Desember 2018.
Ia mengatakan Gerakan Pemulihan DAS dibarengi dengan penanaman pohon di sekitar DAS.
Banyak harapan yang disematkan olehnya agar masyarakat dapat membantu menyukseskan kegiatan itu karena jika hanya Bappeda, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang melaksanakan program itu maka tidak akan selesai masalahnya.
Tahir mengungkapkan kondisi DAS di Kabupaten Bone Bolango harus dipulihkan, karena sudah termasuk dalam DAS yang besar di Provinsi Gorontalo. Tercatat dua DAS yang cukup besar ada di daerah itu.
"DAS yang dipulihkan itu merupakan DAS yang sudah rusak, jadi pada saat musim kemarau dia kering, dan pada saat musim penghujan dia banjir itu ciri-cirinya, dan pada saat hujan juga airnya keruh," jelasnya.
Selama ini, pihak BPDAS HL terus melakukan antisipasi dengan melakukan beberapa kegiatan. Ada dua tipe dalam menangani DAS melalui tipe vegetatif dan tipe konservasi tanah dan air.
"Untuk konservasi tanah dan air itu kami bisa membuat sumur resapan, selama ini kita selalu mengatakan banjir dan tidak pernah berpikir bagaimana caranya panen air. Panen air itu kita bisa membuat sumur resapan, yang dibuat kurang lebih 1x2 meter, jadi dapat menampung kurang lebih dua kubik air," ucap dia.
Jika satu rumah memiliki dua sumur resapan tentunya sudah ada empat meter kubik air yang diresapkan. Hal itu yang selalu didorong oleh mereka untuk diwujudkan.
"Untuk vegetasinya kita sudah laporkan bahwa untuk Provinsi Gorontalo ini merupakan sejarah, belum pernah terjadi kegiatan rehabilitasi di 12.300 hektare di Provinsi Gorontalo dan untuk Bone Bolango itu ada 1.000 hektare," ucapnya.
Hal itu sudah termasuk penanganan lahan kritis, termasuk dam atau bendungan.
Hanya saja, masalahnya sekarang ini, sesuai dengan undang-undang, kegiatan yang dilaksanakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan itu, dalam kawasan hutan.
Untuk kegiatan di luar kawasan hutan, sesuai dengan undang-undang dilaksanakan oleh dinas terkait di kabupaten/kota atau provinsi.
BPDAS HL Bone Bolango telah melaksanakan Gerakan Nasional Pemulihan DAS di Suwawa yang dihadiri unsur TNI, Polri, pemerintah daerah, masyarakat, instansi terkait, hingga mahasiswa dengan tema "DAS Sehat, Sejahterakan Rakyat".
Ia menjelaskan tema tersebut mengandung arti bahwa dengan ekosistem DAS yang sehat akan berkontribusi signifikan bagi pencegahan terjadinya bencana serta peningkatan produktivitas serta kesejahteraan masyarakat.
"Upaya dalam memulihkan atau menyehatkan DAS tentunya tidak lepas dari keterlibatan seluruh pihak, baik instansi pemerintah, pelaku usaha, organisasi massa, dan masyarakat sebagai pelaku utama pengelolaan hutan dan lahan," ucapnya.
Kegiatan pengelolaan hutan dan lahan harus memberikan manfaat nyata bagi peningkatan pendapatan serta kesejahteraan masyarakat, seiring dengan peningkatan produktivitas hutan dan lahan, serta terpeliharanya kelestarian alam.
"Gerakan Pemulihan DAS di Gorontalo sudah dimulai pada awal musim penghujan lalu. Kegiatan penanaman pohon dilaksanakan oleh berbagai kalangan masyarakat dan instansi pemerintah," ungkapnya.
Pada 2017, BPDAS HL Bone Bolango mencatat luas DAS Limboto 90.029 hektare, sedangkan yang masuk kategori lahan kritis seluas 39.203 hektare.
DAS Limboto masuk dalam 15 DAS prioritas nasional yang harus ditangani serius dan masuk dalam lima DAS rawan bencana nasional.
Menurut dia, salah satu bentuk nyata dalam rangka penyelamatan lahan kritis di daerah ini, yaitu rehabilitasi lahan, salah satunya dengan mengelola lahan pertanian kering berbasis konservasi.
Pada tahun yang sama juga, BPDAS dan petani Desa Daenaa mengelola 50 hektare imbuhan mata air dengan sistem "agroforestry" atau pengolahan lahan yang bermasalah akibat alih fungsi.
"Pada umumnya masyarakat di sini menginginkan kegiatan pertanian lahan kering berbasis konservasi lahan dan air," kata Tahir.
Tanaman keras yang ditanam di pertanian warga setempat, yaitu mahoni, jabon, sedangkan untuk tanaman semusim yang tanam di sela-sela pohon, adalah kacang tanah dan jagung.
Semua tindakan, kegiatan, gerakan, dan kerja sama dengan masyarakat diharapkan mampu memulihkan DAS yang menjadi salah satu faktor penting dalam lingkungan, untuk menampung maupun menyalurkan air.