Jakarta (ANTARA) - Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf Amin mengenalkan "war room" pemantauan penghitungan hasil pemilu yang bertempat di salah satu ruangan di Hotel Gran Melia, Jakarta, Minggu.
Wakil Ketua TKN Moeldoko mengatakan keberadaan "war room" ini merupakan alat kontrol TKN terhadap penghitungan suara pemilu 2019.
"'War room' ini adalah alat kontrol kami," kata Moeldoko dalam konferensi pers di Hotel Gran Melia, Jakarta.
Moeldoko mengatakan dengan adanya "war room" ini, maka jika ada sesuatu yang tidak selaras dalam penghitungan, maka TKN bisa mempertanyakan di mana letak ketidaksamaannya, serta jika ada kemungkinan penyimpangan.
Wakil Direktur Saksi TKN Lukman Edy menjelaskan di dalam "war room" ini terdapat 250 personel yang akan bekerja selama 24 jam setiap hari dengan tiga shift.
Mereka melakukan rekapitulasi "real count" dari hasil verifikasi C1 dari TPS seluruh Indonesia.
Hasil C1 diperoleh dari aplikasi yang dimiliki TKN yakni JAMIN, sebuah aplikasi
pelaporan saksi mulai dari TPS.
"Aplikasi ini memudahkan saksi untuk melaporkan hasil penghitungan suara serta foto C1 dari TPS," kata Lukman Edy.
Hingga Minggu petang, penghitungan sementara suara nasional melalui "war room" TKN mencapai 14,66 persen atau 119.216 dari total 813.350 TPS seluruh Indonesia dengan total perolehan suara 23.847.734 suara.
Lukman menyampaikan perolehan sementara ini menunjukkan pasangan calon Jokowi-KH Maruf Amin memeroleh 56,16 persen (13.155.012 suara) mengungguli Prabowo -Sandiaga Uno yang mendapatkan hasil 45,84 persen (10.693.723 suara).
"Hasil rekapitulasi suara TKN hampir sama dengan perolehan KPU. Ini menandakan bahwa kita sejalan dengan apa yang dilakukan KPU," tambah Lukman Edy.
Lukman menambahkan bahwa awalnya TKN menargetkan penghitungan pada H+1 mencapai hingga 50 persen suara.
Namun ternyata terjadi beberapa kendala besar di lapangan seperti rekapitulasi yang kebanyakan baru di kecamatan. Ini memakan waktu cukup banyak.
"Kendala pemilu sekarang tidak ada rekapitulasi tingkat desa, melainkan langsung rekapitulasi tingkat kecamatan, sehingga memakan waktu," kata Lukman.
Lebih jauh Lukman mengungkapkan temuan TKN bahwa terdapat kerusakan dari data hasil pemilu yang diklaim kubu Prabowo-Sandi.
Kubu Prabowo-Sandi mengumumkan klaim kemenangan dan merilis data QC dengan sampling 3.000 TPS, dengan hasil menunjukkan kemenangan 62,23 persen untuk Prabowo-Sandi.
Menurut Lukman, ada banyak permasalahan yang ditemukan dalam data tersebut, seperti kesalahan sampling data Provinsi Lampung yang telah direpresentasikan TKN.
Selain itu terdapat 10 persen data rusak, berupa data ganda, alamat TPS tidak lengkap, hingga angka suara kedua pasangan calon tidak lengkap.
"Jumlah sampling mereka juga tidak proporsional. Contoh, data DKI Jakarta dan Jawa Tengah jumlahnya hampir sama 300-an data, sementara jumlah DPT Jawa Tengah jauh lebih besar dari pada DPT di DKI Jakarta," kata Lukman.
Lukman menyatakan tim Prabowo-Sandi hanya mengambil data dari TPS di mana pasangan Prabowo-Sandi memperoleh kemenangan.