Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) segera menetapkan
tanggal Hari Santri Nasional yang sampai saat ini belum mendapatkan
titik temu dan kesepakatan dari para alim ulama di Indonesia.
"Kenapa
sampai sekarang belum putus-putus? Karena, usulan harinya
macam-macam," kata Presiden Jokowi saat membuka acara Musyawarah Alim
Ulama Nahdlatul Ulama (NU) dan Istighotsah menyambut Ramadhan 1436 H di
Masjid Istiqlal Jakarta, Minggu.
Di hadapan sekira 40.000 jamaah
NU dari
berbagai wilayah, Presiden mengatakan, ada yang mengusulkan Hari Santri
Nasional pada 1 Muharram bertepatan dengan tahun baru Hijriyah.
Namun,
menurut Presiden, ada pula usulan tanggal lain, bahkan Ketua Umum
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siradj mengusulkan
pada 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional.
Sejarah nasional
mencatat 22 Oktober 1945 kalangan ulama dipelopori Pengurus Besar
Nahdlatul Ulama (PBNU) menyerukan Resolusi Jihad di
Surabaya, Jawa Timur, menyikapi keinginan Belanda ingin berkuasa kembali
di Republik Indonesia.
Presiden Jokowi mengaku bahwa menampung seluruh usulan itu dengan berbagai alasan dan latar belakang yang diusulkan.
"Tadi Pak Kiai usul 22 Oktober, tapi biasanya Pak Kiai itu manjur,"
kata Presiden Jokowi, merujuk usulan KH Said Aqil Siradj.
Presiden pun berjanji akan berdiskusi langsung dengan Menteri Agama
agar segera menyelesaikan proses yang diperlukan sehingga Hari Santri
Nasional dapat segera ditetapkan.
"Segera diproses, semua setuju, masuk ke meja saya, saya segera
tanda tangani. Ini belum sampai ke meja saya. Saya kemarin datang ke
pesantren ditanyain hari santrinya kapan? Belum, ya memang belum," kata Presiden.
Dalam kesempatan itu, KH Said Aqil Siradj mengemukakan bahwa kurang
setuju dengan wacana penetapan Hari Santri Nasional bertepatan 1
Muharram karena sudah menjadi hari di mana seluruh umat Muslim sedunia
memperingati tahun baru Islam.
Presiden Jokowi segera tetapkan Hari Santri Nasional
Minggu, 14 Juni 2015 15:43 WIB