Gorontalo (ANTARA) - Balai Perlindungan Tanaman Pertanian (Balintan) Provinsi Gorontalo melakukan pemasyarakatan agens hayati di tingkat petani di Provinsi Gorontalo.
Kepala Balintan Provinsi Gorontalo, Abdul Wahid Lahay di ruang kerjanya, Selasa, mengatakan pemasyarakatan itu dilakukan dalam bentuk sosialisasi langsung ke petani.
Sosialisasi tidak hanya dilakukan oleh Balintan tetapi juga ada instalasi instalasi pengendalian organisme pengganggu tanaman (IP3OPT) yang berada di masing masing wilayah tingkat kabupaten.
Ia menjelaskan, agens hayati adalah setiap organisme atau mahkluk hidup, terutama serangga, cendawan, cacing, bakteri, virus dan binatang lainnya yang dapat dipergunakan untuk pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).
Pemasyarakatan agens hayati itu dilakukan dengan cara sosialisasi kepada para petani oleh petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) yang bertugas di IP3OPT di masing-masing kabupaten.
Selain itu, pemasyarakatan agens hayati juga dilakukan dengan cara membentuk klinik-klinik PHT yang dikelola langsung oleh para petani.
“Sehingga petani tidak hanya sebagai penerima manfaat tetapi juga berpartisipasi langsung dalam mensosialisasikan penggunaan agens hayati,” bebernya.
Sosialisasi tersebut menurut Wahid sudah dilakukan sejak Sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT) digaungkan pada tahun 1986 dalam Inpres nomor 3 tahun 1986 tentang sistem pengendalian hama terpadu.
Sehingga dengan adanya sosialisi tersebut, petani bisa mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan pestisida kimia dan beralih ke penggunaan agens hayati.
“Agens hayati yang diproduksi oleh Laboratorium di Balintan sendiri berupa Trichoderma, PGPR, Beauviria bassiana, dan Paeny bacillus,” ucapnya.
Agens hayati tersebut didistribusikan ke IP3OPT untuk dilakukan perbanyakan sehingga ketika para petani membutuhkan stok agens hayati, mereka bisa mendapatkannya dengan mudah melalui petugas POPT.
Selain itu, melalui klinik PHT yang dibentuk, petani juga diedukasi untuk bisa memperbanyak agens hayati.
Sehingga ke depannya diharapkan petani bisa menjadi mandiri dan mengembangkan pengetahuan yang sudah didapatkan kepada petani lain yang belum mengetahuinya.
Dengan cara itu, secara tidak langsung petani juga berkonstribusi sebagai perpanjang tangan dari IP3OPT di masing-masing daerah.