Ia menjelaskan pada tradisi yang dilakukan satu pekan setelah Idul Fitri itu banyak transaksi pembelian yang dilakukan, mulai dari beras, kelapa, gula merah, ketan, bambu, ketupat, daging sapi dan lainnya.
"Nah dengan demikian berarti perputaran uang dalam hal pembelanjaan dan sebagainya itu akan berkembang," ucap Nelson di Gorontalo, Selasa.
Pada Lebaran Ketupat, ratusan kepala keluarga keturunan Jaton di wilayah Yosonegoro, Reksonegoro dan Kaliyoso memasak berbagai kudapan mulai dodol, lemang, ketupat dan hidangan lainnya untuk menjamu tamu atau siapa saja yang datang untuk silaturahim.
"Di sisi lain adanya mobilitas penduduk juga mengakibatkan ekonominya naik, apalagi itu kalau dikaitkan dengan pariwisata bahkan dari luar daerah pun datang ke Gorontalo dalam rangka melihat, menikmati, bahkan juga membelanjakan uang mereka di Gorontalo," kata dia.
Seorang warga Yosonegoro Zamroni mengaku pada Lebaran Ketupat tahun ini, ia bersama keluarga memasak 100 kilogram beras ketan yang dijadikan lemang atau nasi bulu.
"Kami memasak nasi bulu setiap tahun di satu minggu setelah Ramadhan," ucap dia.
Nasi bulu tersebut, kata dia, akan disajikan kepada tamu atau keluarga yang datang berkunjung pada Lebaran Ketupat yang digelar pada Rabu (17/4).