Jakarta (ANTARA) - Pakar polimer Institut Teknologi Bandung Ahmad Zainal Abidin menyebutkan isu Bisfenol A (BPA) muncul karena adanya unsur persaingan usaha, oleh karena itu dia meminta agar hal itu tidak digunakan untuk mengeruhkan persaingan usaha yang sehat.
Dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin, Zainal menyebutkan galon kuat polikarbonat itu bukan BPA, tetapi bahannya yang dari BPA. Menurutnya, keduanya adalah hal yang berbeda. Namun, demi persaingan usaha, ada pihak-pihak tertentu yang menyebutkan bahwa galon kuat polikarbonat sama dengan BPA.
"Polikarbonat itu dijamin 100 persen aman. Tetapi kalau BPA itu memang banyak yang mengatakan karsinogenik. Tapi, polikarbonat dan BPA itu sendiri merupakan dua karakteristik yang berbeda,” katanya.
Menurutnya, publik perlu mengetahui fakta ilmiah yang sesungguhnya agar tidak termakan oleh isu tersebut. Apalagi, menurut Zainal, migrasi BPA yang ada di dalam bahan kemasan polikarbonat sudah jelas diatur oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) ambang batas amannya.
"Kita boleh makan, boleh minum dan sebagainya, tapi ada ambang batas amannya. Nah, ambang batas aman ini tiap-tiap negara beda-beda," dia menuturkan.
Dia juga menjelaskan bahwa BPA itu ada di mana-mana, seperti tanah, air, dan udara. Di ikan segar ada kadar BPA hingga 13.000 mikrogram atau 13 mg.
"Sementara BPOM menetapkan ambang batas aman migrasi BPA itu di angka 0,6 bpj, sangat jauh dari yang ada pada ikan segar,” dia menambahkan.
Berdasarkan data, katanya, jika pun terjadi fragmentasi atau penguraian bahan polikarbonat karena terjadinya gesekan dan lain sebagainya, zat kimia yang dihasilkan itu sangat kompleks dan bukan BPA.
"Benar ada fragmentasi, ada penguraian, tapi BPA itu tidak muncul di sana. BPA itu akan terjadi jika kemasan polikarbonat itu terurai pada temperatur 550 derajat celcius," katanya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ahli: jangan gunakan isu BPA untuk mengacaukan persaingan sehat