Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan mengajak masyarakat mengenali gejala peradangan paru akibat infeksi virus atau bakteri (pneumonia), yang salah satunya terjadi karena komplikasi infeksi Human Metapneumovirus (HMPV), melalui "BaNaNA" (batuk, napas cepat, dan atau sesak napas).
"Ingat-ingat si pisang, 'BaNaNa' atau pisang. Batuk, nafas cepat, dan atau sesak nafas. Itu kita perlu waspada, segera ke fasilitas pelayanan terdekat atau ke puskesmas. Itu artinya kita sudah mengenali tanda gejala dini pneumonia yang disebut deteksi dini," kata Ketua Tim Kerja Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Kementerian Kesehatan dr. Nani Rizkiyati, M.Kes dalam acara daring yang diadakan Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Senin.
Merujuk Kementerian Kesehatan, lanjut dia, pneumonia dikatakan sebagai pembunuh senyap karena menyerang paru-paru, melelahkan napas, dan bahkan menyebabkan kematian terutama pada anak.
Sementara itu, perwakilan dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) DKI Jakarta dr. Madeleine Ramdhani Jasin, Sp.A (K), mengatakan pneumonia merupakan pembunuh utama balita.
Sebanyak dua balita, kata dia, meninggal setiap menitnya karena pneumonia dan satu dari lima kematian pada balita adalah karena pneumonia.
Senada dengan Nani, dia juga mengingatkan masyarakat tentang gejala pneumonia yakni batuk, napas cepat, dan sesak napas. Khusus untuk napas cepat, ditandai dengan tarikan napas sebanyak 60 kali atau lebih per menit pada bayi kurang dari dua bulan.
"Kalau umurnya dua bulan sampai kurang dari 12 bulan itu (tarikan napas) 50 kali atau lebih per menit. Kalau 12 bulan sampai 5 tahun, 40 kali per menit atau lebih. Jadi, kita harus hitung. Kita bisa pegang dada atau perut anak," jelas dia.
Sedangkan, napas sesak ditandai dengan adanya tarikan dinding dada ke dalam, dan memunculkan cekungan di bagian bawah dada.
Berdasarkan data BPJS Kesehatan pada 2023, pneumonia menempati peringkat pertama sebagai penyakit dengan biaya pengobatan tertinggi, yaitu Rp8,7 triliun, diikuti oleh tuberkulosis (TB), penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), asma, dan kanker paru.
Pemerintah Indonesia berkomitmen memastikan kehidupan sehat dan kesejahteraan bagi semua usia. Untuk itu, pemerintah menargetkan penurunan angka kematian balita akibat pneumonia serta pengurangan insiden pneumonia pada balita hingga 70 persen secara nasional.
Lalu, sebagai bagian dari transformasi kesehatan, khususnya pada layanan kesehatan primer, pemerintah terus berupaya mencegah terjadinya pneumonia pada anak-anak melalui berbagai langkah antara lain melalui imunisasi dan menjaga lingkungan tetap sehat.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kemenkes: Kenali pneumonia melalui "BaNaNa"